Di era Orde Baru Jalal jarang mengaku dirinya Syiah. Penulis buku Islam Aktual (1994) dan Psikologi Komunikasi (1994) di beberapa buku hanya mengakan diirinya dibesarkan dalam tradisi NU dan sempat mencicipi ajaran Muhammadiyah, tidak mengaku secara terbuka kegiatanya di Syiah.
Syiahindonesia.com - Pada 2003, bersama Nurcholis Madjid, Dr. Muwahidin, dan Dr. Haidar Bagir, penulis buku Jalaluddin Rakhmat Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer (1998) ini mendirikan ICAS Paramadina. Bersamaan dengan itu, Jalal bersama Dr. Haidar Bagir dan Dr. Umar Shahab (kini Ketua Dewan Syura Ahlulbait Indonesia) dipercaya sebagai dewan pendiri Islamic Cultural Center (ICC). (ahlulbaitindonesia.or.id).
Setahun kemudian, tepatnya pada 2004, Catatan Kang Jalal (1997) Ini mendirikan sekaligus memimpin forum kajian tasawuf bernama Kajian Kang Jalal (KKJ) yang sempat bermarkas di Gedung Bidakara. Sampai sekarang, KKJ masih rutin dilaksanakan di Universitas Paramadina, Mampang, Jakarta Selatan, setiap bulan.
Jalal dan IJABi
Sebelum jalal tertarik Syiah, gerakan transnasional dari Iran ini secara diam-diam sudah berkembang di Bangsri, Jepara tahun 1982. Pengikutnya 300 orang yang dikembangkan oleh Abdul Qadir Bafaqih di Pesantren Al Khairat (Tim Peneliti Litbang Kemenag 1986/87).
Dari sanalah gerakan Syiah di Indonesia dimulai. Sebenarnya Syiah sudah ada sebelum masa itu, tetapi tidak atau belum mengemuka, sehingga tidak menjadi perhatian umat Islam secara umum.
Dari Bangsi Jepara ini, komunitas Syiah terus bergerak dan tumbuh di berbagai wilayah Indonesia. Gerakan Syiah berjalan tanpa gejolak, sampai muncul reaksi pada tahun 2000-an di Pekalongan. Reaksi yang muncul, mulai dari lunak sampai tindakan kekerasan sehingga menyedot perhatian mengingat pada dasarnya Islam merupakan agama damai (Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 2004).
Dalam hal aliran, Syiah yang banyak diikuti di Kota Pekalongan termasuk ke dalam aliran Imamiah atau Itsna ‘Asyariah sebagai aliran terbesar di dalam Syiah. Dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. (Dinamika Syiah di Indonesia, 2017).
Kota Pekalongan merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan Syiah di Indonesia yang cukup pesat selain Bandung, Bangil, Lampung, Makassar, dan kota-kota lain.
Di era Orde Baru Jalal jarang mengaku dirinya Syiah. Penulis buku Islam Aktual (1994) dan Psikologi Komunikasi (1994) di beberapa buku hanya mengakan diirinya dibesarkan dalam tradisi NU dan sempat mencicipi ajaran Muhammadiyah, tidak mengaku secara terbuka kegiatanya di Syiah.
Setelah tumbangnya masa Orde Baru tahun 1989, para aktivis Syiah di Indonesia –termasuk Jalaluddin Rahmat, Husein Shahab, Umar Shahab dan Ahmad Baraghbah– sepakat pentingnya didirikan suatu organisasi sosial keagamaan untuk dapat menyatukan komunitas Syiah di Indonesia. Usaha serius untuk mendirikan suatu lembaga semacam ini sudah dicoba sejak awal tahun 1990-an namun tidak berhasil sebagaimana disebut di atas. (hidayatullah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: