1. Imam Mahdi Menurut Syiah
Syiah meyakini bahwa Imam ke-12, Muhammad bin Hasan al-Mahdi, lahir pada tahun 869 M dan bersembunyi dalam “ghaibah” (keghaiban) besar sejak tahun 941 M hingga sekarang. Mereka percaya bahwa Imam Mahdi akan kembali sebagai pemimpin dunia dan membawa hukum Allah ke seluruh umat manusia.
2. Dalil yang Digunakan Syiah
Syiah sering mengutip beberapa ayat dan hadis untuk mendukung konsep Imam Mahdi. Salah satu ayat yang sering mereka gunakan adalah:
"وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ"
"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka pewaris." (QS. Al-Qashash: 5)
Penafsiran Syiah: Ayat ini mereka tafsirkan sebagai janji Allah bahwa kepemimpinan akan diserahkan kepada Imam Mahdi sebagai pemimpin terakhir.
Bantahan Ahlus Sunnah: Ayat ini tidak menunjukkan penunjukan Imam Mahdi secara khusus. Tafsir yang benar adalah bahwa ayat ini berbicara tentang janji Allah untuk memberikan kemenangan kepada umat yang sabar dan beriman, sebagaimana terjadi pada umat Nabi Musa.
3. Hadis tentang Mahdi
Ada beberapa hadis yang memang menyebutkan kedatangan Mahdi di akhir zaman, seperti:
"الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ"
"Mahdi adalah dari keturunanku, dari anak keturunan Fatimah." (HR. Abu Dawud, no. 4284)
Bantahan Ahlus Sunnah: Ahlus Sunnah memang mengakui keberadaan Mahdi sebagai sosok pembaharu dan pemimpin umat di akhir zaman. Namun, konsep Mahdi dalam Ahlus Sunnah tidak sama dengan Mahdi dalam ajaran Syiah yang dianggap sebagai Imam ke-12 yang bersembunyi selama lebih dari seribu tahun.
4. Kejanggalan dalam Konsep Ghaibah
Keyakinan bahwa Imam Mahdi bersembunyi selama ribuan tahun dianggap tidak logis oleh Ahlus Sunnah. Keghaiban ini tidak memiliki dasar yang jelas dalam Al-Qur'an atau hadis yang sahih. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa pemimpin harus dipilih melalui musyawarah dan ijtihad, bukan ditunggu melalui penampakan ghaib.
5. Implikasi Politik dan Sosial
Konsep Imam Mahdi dalam Syiah juga sering digunakan sebagai alat politik. Banyak pemimpin Syiah yang mengklaim bahwa mereka adalah wakil atau perantara Imam Mahdi, yang kemudian digunakan untuk memperkuat kekuasaan mereka. Ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang mengajarkan keadilan dan kejujuran dalam memimpin.
Kesimpulan
Konsep Imam Mahdi dalam Syiah, dengan segala tambahan kepercayaan tentang ghaibah dan penantian panjang, tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an dan hadis shahih. Ahlus Sunnah menolak ajaran ini karena menyimpang dari prinsip-prinsip dasar Islam tentang kepemimpinan, musyawarah, dan keadilan.
(albert/syiahindonesia.com)
0 komentar: