Breaking News
Loading...

Pandangan Islam tentang Tradisi Menulis Kain Kafan untuk Jenazah Kaum Syiah


Syiahindonesia.com -
Dalam tradisi Syiah, salah satu ritual yang dikenal adalah menulis ayat-ayat Al-Qur’an atau nama-nama suci di atas kain kafan (chadar) yang akan digunakan untuk membungkus jenazah. Praktik ini dianggap sebagai bentuk doa dan perlindungan bagi jenazah ketika menghadap Allah SWT. Namun, bagaimana pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah terhadap tradisi ini? Artikel ini akan membahas praktik tersebut dan memberikan bantahan dari sudut pandang Sunni.


Tradisi Menulis Kain Kafan dalam Syiah

Beberapa umat Syiah meyakini bahwa menulis ayat-ayat suci atau nama-nama Ahlul Bait pada kain kafan dapat membawa berkah dan syafaat bagi jenazah. Biasanya, tulisan pada kain kafan ini melibatkan kalimat syahadat, ayat kursi, dan nama Imam Husain serta Imam Ali. Tradisi ini dianggap sebagai wujud penghormatan dan peringatan akan peran suci Ahlul Bait dalam kehidupan dan kematian.


Bantahan dari Sudut Pandang Ahlus Sunnah

1. Tidak Ada Dalil yang Shahih tentang Menulis pada Kain Kafan

Dalam tradisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tata cara mengafani jenazah sudah diatur dengan jelas dalam hadits Nabi SAW. Tidak ada satu pun dalil shahih dari Al-Qur’an maupun hadits yang memerintahkan atau menganjurkan penulisan di atas kain kafan.

Rasulullah SAW bersabda:
"Berikanlah kain kafan yang baik untuk jenazah kalian, karena mereka akan dibangkitkan di hari kiamat dengan kain kafan tersebut." (HR. Abu Dawud)

النبي صلى الله عليه وسلم قال: "البسوا أكفانكم حسنة، فإنهم يبعثون في أكفانهم يوم القيامة." (رواه أبو داود)

Berdasarkan hadits ini, kain kafan haruslah bersih dan suci, tanpa tambahan tulisan atau gambar apa pun. Menambahkan tulisan justru dianggap sebagai bid’ah karena tidak memiliki dasar dalam syariat.


2. Menghindari Keyakinan yang Menyerupai Jampi-jampi atau Talisman

Menulis ayat atau doa pada kain kafan berisiko melahirkan keyakinan bahwa keberkahan atau keselamatan datang dari tulisan itu sendiri, bukan dari amal perbuatan dan rahmat Allah SWT. Dalam Islam, keberkahan dalam kehidupan setelah kematian datang dari iman, amal shalih, dan doa keluarga serta sahabat yang masih hidup.

Allah SWT berfirman:

"Dan tidaklah manusia mendapatkan apa-apa selain apa yang telah diusahakannya." (QS. An-Najm: 39)

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ (النجم: ٣٩)


3. Mengutamakan Kesederhanaan dalam Pemakaman

Rasulullah SAW dan para sahabatnya menjalankan pemakaman dengan sangat sederhana. Kain kafan hanya berfungsi untuk menutupi jenazah dan tidak dijadikan sebagai media ritual tambahan. Tradisi menulis pada kain kafan dianggap berlebihan dan bertentangan dengan sunnah Nabi SAW yang menekankan kesederhanaan dalam segala hal, termasuk pengurusan jenazah.


4. Potensi Hilangnya Kesucian Kain Kafan

Dalam Islam, kain kafan harus dijaga kesuciannya karena akan digunakan untuk membungkus jenazah. Menulis sesuatu pada kain kafan berisiko membuat kain tersebut terkena tinta yang belum tentu suci, sehingga dapat mengurangi kehormatan dan kesucian kain kafan itu sendiri.


Kesimpulan

Tradisi menulis kain kafan (chadar) dalam ritual pemakaman Syiah tidak memiliki dasar yang shahih dalam Al-Qur’an dan hadits. Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegaskan pentingnya menjaga kesucian dan kesederhanaan kain kafan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Menjaga tradisi yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam akan lebih membawa keberkahan bagi jenazah dalam menghadapi kehidupan setelah kematian.

Semoga pembahasan ini dapat memberikan pencerahan dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya mengikuti ajaran Rasulullah SAW dalam setiap aspek kehidupan, termasuk tata cara pemakaman.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: