1. Sejarah Masuknya Syiah ke Persia
Ketika Islam masuk ke Persia, sebagian besar penduduk Persia memeluk Islam. Namun, setelah kekalahan Dinasti Umayyah dan munculnya Dinasti Abbasiyah, banyak penduduk Persia yang mendukung gerakan politik pro-keturunan Ali bin Abi Thalib. Dukungan ini kemudian berkembang menjadi keyakinan keagamaan yang dikenal sebagai Syiah.
Di sinilah terjadi asimilasi antara ajaran Syiah dengan tradisi dan kepercayaan pra-Islam Persia.
2. Pengultusan Imam dan Tradisi Raja Persia
Dalam budaya Persia kuno, raja-raja dianggap memiliki status semi-ilahiah. Pengaruh ini dapat dilihat dalam ajaran Syiah tentang pengultusan para Imam, di mana para Imam dianggap memiliki kemampuan supranatural dan berstatus lebih tinggi dari manusia biasa.
Pandangan ini bertentangan dengan ajaran Ahlus Sunnah yang berpegang pada konsep tauhid murni, di mana tidak ada manusia yang memiliki keistimewaan ilahiah selain Rasulullah ﷺ sebagai nabi terakhir.
3. Ritual Berkabung dan Ratapan
Tradisi berkabung yang berlebihan, terutama pada peringatan Asyura untuk mengenang wafatnya Imam Husain, memiliki kemiripan dengan ritual berkabung dalam budaya Persia kuno. Tradisi ini melibatkan:
- Ratapan dan tangisan berlebihan
- Penyiksaan diri sendiri, seperti memukul tubuh dengan rantai atau benda tajam
- Prosesi besar-besaran dengan simbol-simbol khusus
Islam melarang bentuk ratapan yang berlebihan dan menyakiti diri sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi dan merobek baju (dalam ratapan)." (HR. Bukhari, no. 1297)
4. Keyakinan tentang Al-Mahdi dan Zoroastrianisme
Dalam ajaran Syiah, ada keyakinan tentang kedatangan Imam Mahdi, yang diyakini akan muncul di akhir zaman sebagai penyelamat umat manusia. Kepercayaan ini memiliki beberapa kesamaan dengan ajaran Zoroastrianisme Persia tentang Saoshyant, sosok penyelamat di akhir zaman yang akan membawa keadilan ke dunia.
Dalam Ahlus Sunnah, keyakinan tentang Mahdi didasarkan pada hadis-hadis shahih, tanpa unsur pengultusan atau kepercayaan mistis yang berlebihan.
5. Pengaruh Budaya dan Simbol Persia
Beberapa simbol dan praktik yang digunakan dalam ritual Syiah, seperti penggunaan kain hitam, hiasan bendera, dan prosesi ziarah, juga memiliki akar budaya Persia kuno. Simbol-simbol ini lebih mencerminkan identitas budaya Persia daripada ajaran Islam yang murni.
Kesimpulan
Pengaruh budaya Persia dalam ajaran dan ritual Syiah sangat kuat, terutama dalam hal pengultusan, ritual berkabung, dan kepercayaan tentang Imam Mahdi. Ahlus Sunnah menolak segala bentuk pengultusan dan praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat.
(albert/syiahindonesia.com)
0 komentar: