Breaking News
Loading...

Sejarah Karbala: Fakta atau Distorsi?

 Syiahindonesia.com - Ajaran Syiah banyak berpusat pada peristiwa tragis yang terjadi di Karbala, Irak, pada 10 Muharram 61 H, di mana cucu Rasulullah ﷺ, Husain bin Ali, terbunuh dalam pertempuran melawan pasukan Yazid bin Muawiyah. Namun, berbagai versi dan distorsi sejarah telah muncul seiring berjalannya waktu, yang mempengaruhi pandangan Syiah terhadap tragedi ini. Artikel ini akan membahas perbedaan pandangan antara Ahlus Sunnah dan Syiah serta mengungkap beberapa distorsi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu terkait tragedi Karbala.


1. Fakta Sejarah Peristiwa Karbala

Tragedi Karbala adalah fakta sejarah yang diakui oleh seluruh umat Islam. Cucu Rasulullah ﷺ, Husain bin Ali, memutuskan untuk tidak membaiat Yazid karena berbagai alasan, termasuk ketidakadilan yang terjadi pada masa itu. Namun, situasi politik yang memanas menyebabkan Husain dan keluarganya dikepung dan dibunuh oleh pasukan Yazid di Karbala.

Dalil:

"قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ" (الحج: ٤٩)

"Katakanlah, 'Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian.'" (QS. Al-Hajj: 49)


2. Distorsi dalam Penafsiran Peristiwa Karbala

Syiah sering kali menggambarkan peristiwa Karbala dengan penambahan narasi emosional dan simbol-simbol tertentu yang tidak terdapat dalam sejarah Islam yang sahih. Misalnya, praktik menyiksa diri sendiri, meratap, dan ritual yang berlebihan sering kali dilakukan pada perayaan Asyura.

Bantahan:
Ahlus Sunnah menolak tindakan-tindakan ini karena bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang ratapan berlebihan dan menyakiti diri sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda:

"لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ"

"Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan meratap dengan ratapan jahiliyah." (HR. Bukhari, no. 1294; Muslim, no. 103)


3. Pengkultusan Husain dan Karbala

Beberapa kelompok Syiah menganggap Husain bin Ali memiliki derajat hampir setara dengan para nabi dan memperlakukan Karbala sebagai tempat suci yang harus dikunjungi layaknya Ka'bah. Bahkan, mereka sering menyebut bahwa ziarah ke Karbala lebih utama daripada berhaji ke Makkah.

Bantahan:
Dalam Islam, tidak ada tempat yang lebih suci daripada Masjidil Haram di Makkah, dan ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang tidak dapat digantikan oleh ritual lain.

Dalil:

"وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ" (الحج: ٢٧)

"Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS. Al-Hajj: 27)


4. Makna Asyura yang Sebenarnya

Dalam Ahlus Sunnah, peringatan Asyura memiliki makna yang berbeda. Pada hari Asyura, Nabi Musa dan umatnya diselamatkan oleh Allah dari kejaran Fir’aun. Nabi Muhammad ﷺ pun menganjurkan umat Islam untuk berpuasa pada hari tersebut.

Dalil:

"صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ"

"Rasulullah ﷺ berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari itu." (HR. Bukhari, no. 2004; Muslim, no. 1130)


Kesimpulan

Tragedi Karbala adalah peristiwa yang sangat menyedihkan dalam sejarah Islam, tetapi distorsi yang dilakukan oleh beberapa kelompok Syiah harus dihindari. Umat Islam sebaiknya mengenang Husain bin Ali dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam yang murni, yaitu dengan mendoakan beliau dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad ﷺ.

(albert/syiahindonesia.com)




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: