Syiahindonesia.com - Setiap tanggal 10 Muharram, kaum Syiah di berbagai belahan dunia merayakan peringatan Asyura dengan berbagai ritual yang kontroversial. Salah satu yang paling dikenal adalah ritual menyiksa diri, seperti memukuli dada, mencambuk punggung dengan rantai, bahkan melukai kepala dengan pedang (tatbir). Ritual ini dilakukan sebagai bentuk duka atas wafatnya Husain bin Ali di Karbala. Namun, benarkah ritual ini bagian dari ajaran Islam? Atau justru menyimpang dari aqidah yang benar?
1. Ritual Karbala: Warisan Islam atau Tradisi Bid'ah?
Islam telah mengajarkan bahwa segala bentuk ibadah harus memiliki dasar dari Al-Qur’an dan Sunnah. Tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ atau para sahabat merayakan kesedihan dengan cara menyiksa diri. Justru, Islam melarang segala bentuk penyiksaan terhadap tubuh sendiri, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa: 29)
Ayat ini dengan tegas melarang segala bentuk tindakan yang merugikan diri sendiri, termasuk menyakiti tubuh dengan alasan apa pun.
2. Larangan Berlebihan dalam Kesedihan
Dalam hadis yang shahih, Rasulullah ﷺ melarang umat Islam berlebihan dalam meratapi kematian. Beliau bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek pakaian, dan meratap dengan seruan jahiliyah." (HR. Bukhari no. 1294, Muslim no. 103)
Jelas dalam hadis ini bahwa tindakan berlebihan dalam berduka, seperti merobek pakaian dan menampar diri, merupakan tradisi jahiliyah yang dilarang dalam Islam. Jika demikian, bagaimana bisa ritual Karbala yang lebih ekstrim justru dianggap bagian dari ibadah?
3. Propaganda Kesyahidan Imam Husain
Syiah menjadikan Karbala sebagai pusat dari doktrin mereka. Tragedi wafatnya Imam Husain dipolitisasi untuk menyebarkan kebencian terhadap sahabat dan khalifah terdahulu. Dalam berbagai ajaran Syiah, dikisahkan bahwa Husain adalah seorang pemberontak yang dizalimi oleh Yazid bin Muawiyah, sehingga mereka menjadikannya sebagai simbol perlawanan. Namun, para ulama Ahlus Sunnah berpendapat bahwa kematian Husain adalah peristiwa tragis yang tidak boleh dijadikan alat propaganda untuk menanamkan kebencian.
Sejarah mencatat bahwa justru Syiah sendiri yang mengundang Husain ke Kufah, namun kemudian mereka mengkhianatinya dengan meninggalkannya di Karbala tanpa dukungan. Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah menulis:
"Mereka (Syiah Kufah) yang pertama kali mengundang Husain, tetapi kemudian berbalik dan meninggalkannya ketika pasukan Yazid mendekat."
Fakta ini menunjukkan bahwa Syiah sendiri memiliki peran dalam peristiwa tragis tersebut, tetapi justru menyalahkan kelompok lain dan memanfaatkannya untuk kepentingan ideologi mereka.
4. Menyelisihi Sunnah Rasulullah ﷺ
Tidak ada satu pun sunnah dari Rasulullah ﷺ yang mengajarkan umatnya untuk meratapi kematian seseorang dengan cara menyiksa diri. Bahkan, ketika Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi, gugur di medan perang dengan kondisi yang mengenaskan, Rasulullah ﷺ tidak pernah melakukan ritual berlebihan untuk meratapinya. Beliau justru bersabda:
إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا
"Sesungguhnya mata menangis, hati bersedih, tetapi kami tidak akan mengatakan kecuali yang diridai oleh Rabb kami." (HR. Bukhari no. 1242, Muslim no. 924)
Hadis ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kesabaran dalam menghadapi musibah, bukan dengan tindakan yang bertentangan dengan syariat.
5. Dampak Negatif Ritual Karbala
Selain menyimpang dari ajaran Islam, ritual Karbala juga memiliki dampak negatif:
Memicu perpecahan di antara kaum Muslimin dengan menanamkan kebencian terhadap sahabat Nabi.
Mengajarkan kekerasan sejak dini kepada anak-anak yang ikut serta dalam ritual berdarah ini.
Menjadikan agama sebagai alat propaganda untuk kepentingan politik dan sektarianisme.
Kesimpulan
Ritual Karbala yang dilakukan oleh Syiah bukanlah bagian dari ajaran Islam, melainkan tradisi bid’ah yang bertentangan dengan syariat. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menyiksa diri dalam bentuk apa pun. Sebaliknya, Islam mengajarkan kesabaran, ketabahan, dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam harus berhati-hati dan tidak terpengaruh oleh ajaran yang menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah.
(Albert/Syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: