Breaking News
Loading...

Mengapa Al-Qur’an Tidak Menyebut Imamah?

 

Syiahindonesia.com - Konsep Imamah merupakan doktrin fundamental dalam Syiah yang menyatakan bahwa kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad ﷺ berada di tangan para imam yang dianggap maksum dan memiliki otoritas ilahi. Namun, jika Imamah adalah bagian mendasar dari agama, mengapa Al-Qur'an tidak menyebutkannya secara eksplisit? Artikel ini akan mengulas masalah ini berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an dan hadits shahih.

Konsep Imamah dalam Syiah

Syiah meyakini bahwa kepemimpinan setelah Rasulullah ﷺ harus dipegang oleh keturunan Ali bin Abi Thalib secara langsung. Mereka beranggapan bahwa kepemimpinan ini bukan pilihan umat, melainkan ketetapan Allah. Namun, dalam Al-Qur’an tidak ditemukan satu pun ayat yang secara tegas menyebutkan nama Ali bin Abi Thalib atau keturunannya sebagai imam yang wajib diikuti.

Kepemimpinan dalam Islam Menurut Al-Qur’an

Islam mengajarkan bahwa pemimpin umat Islam dipilih melalui musyawarah, bukan berdasarkan garis keturunan. Hal ini ditegaskan dalam ayat berikut:

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
"Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."
(QS. Asy-Syura: 38)

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal konsep kepemimpinan yang diwariskan, melainkan diserahkan kepada umat untuk memilihnya melalui musyawarah.

Dalil yang Digunakan Syiah dan Bantahannya

Syiah sering merujuk pada ayat berikut sebagai dalil untuk konsep Imamah:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka rukuk."
(QS. Al-Maidah: 55)

Mereka menafsirkan ayat ini sebagai dalil bahwa kepemimpinan Islam harus berada di tangan Imam Ali karena ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau pernah bersedekah dalam keadaan rukuk. Namun, tafsir ini tidak memiliki dasar kuat karena ayat ini berbicara secara umum tentang ciri-ciri orang beriman, bukan menunjuk pada individu tertentu.

Ketiadaan Dalil Jelas dalam Al-Qur’an

Jika Imamah adalah pilar agama sebagaimana yang diyakini Syiah, maka semestinya disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an sebagaimana rukun Islam lainnya. Sebagai perbandingan, kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji disebut secara tegas dalam berbagai ayat, tetapi tidak ada satu pun ayat yang menyatakan bahwa umat Islam wajib mengikuti seorang imam tertentu setelah Nabi Muhammad ﷺ.

Allah telah menyempurnakan agama Islam sebagaimana firman-Nya:

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗا
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu."
(QS. Al-Ma'idah: 3)

Jika Imamah adalah bagian esensial dari agama, maka seharusnya disebut dalam ayat ini. Namun, tidak ada satu pun keterangan dalam Al-Qur'an yang mendukung doktrin ini.

Kesimpulan

Dari berbagai dalil yang telah disampaikan, jelas bahwa konsep Imamah tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an. Islam mengajarkan sistem kepemimpinan yang didasarkan pada musyawarah, bukan penunjukan ilahi kepada individu tertentu. Oleh karena itu, klaim bahwa Imamah adalah bagian esensial dari agama bertentangan dengan prinsip ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits shahih.

(albert/Syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: