Syiahindonesia.com - Karbala memiliki posisi yang sangat sentral dalam ajaran Syiah, terutama terkait dengan peristiwa tragis wafatnya Husain bin Ali, cucu Rasulullah ﷺ, dalam pertempuran di Karbala pada tahun 680 M. Peristiwa ini menjadi landasan bagi berbagai ritual dan doktrin Syiah yang berkembang hingga saat ini. Namun, apakah sentralitas Karbala dalam ajaran Syiah sesuai dengan ajaran Islam yang murni? Berikut adalah analisis berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Sunnah.
1. Karbala dalam Perspektif Sejarah
Karbala menjadi terkenal dalam sejarah Islam karena peristiwa terbunuhnya Husain bin Ali oleh pasukan Yazid bin Mu’awiyah. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi umat Islam, terutama di kalangan Syiah yang menganggapnya sebagai titik balik perlawanan terhadap kekuasaan yang mereka anggap zalim.
Namun, dalam Islam, meskipun kematian Husain adalah tragedi, tidak ada dalil yang menjadikan Karbala sebagai tempat suci atau pusat ibadah yang harus dikultuskan. Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah memberikan perintah khusus mengenai Karbala ataupun menjadikannya sebagai tempat yang harus diagungkan.
2. Kultus Karbala dalam Syiah
Dalam ajaran Syiah, Karbala menjadi tempat yang sangat dimuliakan. Setiap tahun, jutaan penganut Syiah memperingati peristiwa Asyura dengan berbagai ritual, termasuk taziyah (pertunjukan kesedihan), ziarah ke makam Husain, bahkan praktik melukai diri sendiri sebagai bentuk duka.
Syiah meyakini bahwa Karbala memiliki keutamaan khusus dan menjadi salah satu tempat yang dianjurkan untuk ziarah. Mereka sering mengutip riwayat yang menyebut bahwa tanah Karbala memiliki keberkahan dan menjadi tempat turunnya rahmat Allah. Namun, dalam Islam, konsep tempat suci terbatas pada tiga masjid utama: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa.
Dalil Al-Qur'an yang Menunjukkan Kesucian Masjidil Haram: إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ "Sesungguhnya rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam." (QS. Ali Imran: 96)
Tidak ada ayat Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa Karbala memiliki keutamaan seperti yang diklaim oleh Syiah. Bahkan, dalam hadis, Rasulullah ﷺ tidak pernah menganjurkan umatnya untuk melakukan ibadah khusus di Karbala atau menjadikannya sebagai tempat ziarah wajib.
3. Sikap Islam Terhadap Tragedi Karbala
Dalam Islam, kesedihan atas wafatnya seseorang tidak boleh berlebihan hingga melibatkan praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran Nabi ﷺ. Rasulullah ﷺ melarang meratap atau melukai diri sendiri sebagai bentuk kesedihan.
Dalil dari Hadis: لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ "Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan meratap dengan seruan jahiliyah." (HR. Bukhari, no. 1294; Muslim, no. 103)
Ritual yang dilakukan oleh Syiah saat memperingati Asyura sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan kesabaran dan tawakal dalam menghadapi musibah. Kesedihan atas wafatnya Husain bin Ali seharusnya tidak menjadi alasan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Nabi ﷺ.
4. Mengapa Karbala Menjadi Sentral dalam Syiah?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Karbala menjadi sentral dalam ajaran Syiah:
Politik dan Identitas: Peristiwa Karbala menjadi simbol perlawanan terhadap kezaliman, yang digunakan oleh Syiah untuk membangun identitas mereka.
Peran Ulama Syiah: Para ulama Syiah menjadikan Karbala sebagai pusat ibadah untuk menarik simpati dan loyalitas pengikut mereka.
Hadis-Hadis Lemah atau Palsu: Banyak riwayat yang dikutip Syiah mengenai keutamaan Karbala tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadis yang sahih.
Kesimpulan
Karbala memang memiliki nilai historis sebagai tempat wafatnya Husain bin Ali, namun menjadikannya sebagai pusat ibadah atau tempat suci bertentangan dengan ajaran Islam yang murni. Tidak ada dalil dari Al-Qur’an maupun hadis sahih yang mendukung pengkultusan Karbala seperti yang dilakukan oleh Syiah. Umat Islam seharusnya tetap berpegang pada ajaran Rasulullah ﷺ dan tidak terjerumus dalam praktik yang tidak memiliki dasar dalam Islam.
(albert/Syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: