Syiahindonesia.com - Shalat adalah salah satu ibadah paling penting dalam Islam, yang dilakukan oleh umat Muslim lima kali sehari. Meskipun shalat adalah ibadah yang memiliki tujuan yang sama bagi semua umat Muslim, yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT, ada beberapa perbedaan dalam cara pelaksanaannya antara mazhab Sunni dan Syiah. Perbedaan ini mencakup aspek-aspek seperti waktu pelaksanaan, posisi tubuh, bacaan dalam shalat, dan benda yang digunakan saat sujud. Artikel ini akan mengupas perbedaan-perbedaan utama antara shalat Syiah dan Sunni.
1. Waktu Shalat
Perbedaan pertama yang cukup mencolok antara shalat Syiah dan Sunni adalah waktu pelaksanaan shalat. Umat Sunni melaksanakan lima waktu shalat secara terpisah, yakni Dhuhr, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh, sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan dalam ajaran Islam.
Namun, umat Syiah menggabungkan waktu-waktu shalat tertentu. Misalnya, mereka menggabungkan shalat Dhuhr dan Asar dalam satu waktu, serta Maghrib dan Isya dalam satu waktu. Hal ini dilakukan berdasarkan pemahaman mereka bahwa Nabi Muhammad SAW pada beberapa kesempatan menggabungkan shalat pada waktu tertentu.
Meskipun berbeda dalam waktu pelaksanaannya, kedua mazhab ini tetap mengakui kewajiban lima waktu shalat sebagai bagian dari ajaran Islam.
2. Posisi Tangan Saat Takbiratul Ihram
Dalam shalat, posisi tangan saat takbiratul ihram juga menjadi salah satu perbedaan antara Syiah dan Sunni. Umat Sunni mengikuti sunnah Nabi dengan meletakkan tangan di atas dada atau perut setelah takbiratul ihram, sementara umat Syiah meletakkan tangan mereka di sisi tubuh mereka, tanpa menyentuh bagian tubuh lainnya.
Perbedaan ini tidak mempengaruhi sahnya shalat, karena keduanya merujuk pada praktik yang diyakini benar dalam mazhab masing-masing.
3. Bacaan dalam Shalat
Perbedaan lainnya adalah dalam hal bacaan dalam shalat. Salah satu perbedaan yang paling terlihat adalah pada bacaan Bismillahirrahmanirrahim setelah membaca Al-Fatihah. Umat Syiah mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim" secara keras setelah Al-Fatihah, sementara umat Sunni umumnya hanya membacanya dalam hati atau dengan suara pelan.
Selain itu, dalam tasyahhud, umat Syiah lebih cenderung menambah kalimat yang menyebutkan penghormatan kepada Ahlul Bayt, seperti "Asyhadu anna Aliyyan Waliyyullah" (Saya bersaksi bahwa Ali adalah Wali Allah), sementara umat Sunni tidak menambah kalimat ini dalam tasyahhud mereka.
Perbedaan dalam bacaan ini tetap sah menurut mazhab masing-masing, meskipun bagi sebagian orang, hal ini dapat menimbulkan perbedaan pendapat.
4. Penggunaan Turbah (Tanah Karbala) Saat Sujud
Salah satu ciri khas shalat Syiah adalah penggunaan turbah atau tanah yang berasal dari Karbala, tempat pertempuran yang sangat penting dalam sejarah Syiah. Umat Syiah biasanya meletakkan turbah ini di tempat sujud saat shalat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, yang gugur di Karbala.
Sementara itu, umat Sunni tidak menggunakan turbah saat sujud. Mereka sujud langsung di atas tanah atau permukaan yang bersih tanpa menggunakan benda tertentu. Penggunaan turbah dalam shalat Syiah menjadi salah satu perbedaan yang cukup mencolok antara kedua mazhab ini.
5. Gerakan Saat Shalat
Pada umumnya, gerakan-gerakan dalam shalat, seperti rukuk dan sujud, tidak berbeda antara Sunni dan Syiah. Namun, ada sedikit perbedaan dalam cara melakukan gerakan ini. Umat Syiah cenderung melakukan gerakan dengan lebih lambat dan hati-hati, sementara umat Sunni lebih cepat dalam melakukan gerakan tersebut. Meskipun demikian, hal ini tidak mempengaruhi sahnya shalat, karena gerakan shalat itu sendiri tidak memiliki ketentuan waktu yang terlalu ketat.
6. Shalat Jumat dan Shalat Eid
Umat Syiah dan Sunni juga memiliki perbedaan dalam pelaksanaan shalat Jumat dan shalat Eid. Shalat Jumat, meskipun menjadi kewajiban bagi umat Islam, tidak selalu dilakukan secara serempak di kalangan Syiah, terutama di wilayah yang memiliki sedikit populasi Syiah. Sebaliknya, umat Sunni melaksanakan shalat Jumat secara luas di seluruh dunia Islam, dengan imam yang memimpin shalat di setiap masjid.
Begitu pula dengan shalat Eid, di mana umat Syiah lebih sering melakukan shalat dengan imam yang mereka anggap memiliki otoritas spiritual yang lebih tinggi, sementara umat Sunni lebih terbuka dalam melaksanakan shalat Eid dengan imam dari berbagai kalangan.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: