Siapa Abdullah bin Saba’?
Abdullah bin Saba’ adalah seorang tokoh yang berasal dari Yaman dan dikatakan berasal dari kelompok Yahudi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa dia memeluk Islam dan kemudian menjadi salah satu tokoh yang menentang pemerintahan yang sah di masa khalifah pertama, Abu Bakar, serta khalifah kedua, Umar bin Khattab. Menurut beberapa sejarawan dan ulama Sunni, Abdullah bin Saba’ memainkan peran yang sangat besar dalam memulai gerakan yang kemudian dikenal dengan nama Syiah.
Setelah memasuki Islam, Abdullah bin Saba’ dikenal sebagai seorang yang menyebarkan ajaran-ajaran yang berfokus pada pengagungan Ali bin Abi Talib. Dia berkeyakinan bahwa Ali adalah orang yang paling berhak memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya turun-temurun hanya kepada keluarga Ali, yakni Ahlul Bait.
Peran Abdullah bin Saba’ dalam Gerakan Syiah
Abdullah bin Saba’ dipercaya sebagai tokoh yang memulai pemikiran dan ajaran-ajaran yang kemudian menjadi dasar bagi paham Syiah. Beberapa hal yang dikaitkan dengan peranannya antara lain:
-
Penentangan Terhadap Kepemimpinan Abu Bakar dan Umar Abdullah bin Saba’ dikenal sebagai orang yang pertama kali menentang kepemimpinan Abu Bakar dan Umar setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ia berpendapat bahwa kepemimpinan seharusnya diberikan kepada Ali bin Abi Talib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Abdullah bin Saba’ memperkenalkan ide bahwa hanya keluarga Nabi (Ahlul Bait) yang berhak memimpin umat Islam. Pemikiran ini menjadi dasar bagi klaim imamah yang menjadi salah satu pokok ajaran Syiah.
-
Penyebaran Ajaran Imamah dan Kesesatannya Abdullah bin Saba’ memperkenalkan konsep imamah yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Talib adalah pemimpin yang sah setelah Nabi Muhammad SAW dan bahwa kepemimpinan umat Islam harus diteruskan oleh keturunan Ali. Ide ini, meskipun tidak diterima oleh mayoritas umat Islam pada saat itu, kemudian berkembang menjadi ajaran Syiah. Pandangan ini mengarah pada pembentukan doktrin tentang para Imam yang dianggap maksum dan memiliki otoritas mutlak dalam urusan agama dan politik.
-
Pengaruh terhadap Masyarakat dan Politik pada Masa Khalifah Utsman Pada masa Khalifah Utsman, Abdullah bin Saba’ dianggap sebagai salah satu tokoh yang mencoba memicu kerusuhan dan pemberontakan. Ia diyakini mendukung revolusi yang berakhir dengan pembunuhan Khalifah Utsman. Meskipun bukti-bukti yang mengaitkan langsung Abdullah bin Saba’ dengan pembunuhan Utsman masih diperdebatkan, namun banyak sejarawan yang menganggap bahwa gerakan yang ia inisiasi berkontribusi pada perpecahan umat Islam, yang kemudian membentuk kelompok-kelompok yang saling berselisih.
-
Penyebaran Fitnah dan Provokasi Abdullah bin Saba’ juga dikenal dengan teknik provokasi dan penyebaran fitnah. Ia dipercaya memanfaatkan ketegangan politik di kalangan umat Islam untuk memperburuk keadaan dan memecah belah umat. Dia memperkenalkan konsep-konsep yang menciptakan ketegangan antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW, seperti fitnah terhadap Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Hal ini berkontribusi pada perpecahan umat yang semakin mendalam.
Kontroversi Seputar Abdullah bin Saba’
Meskipun banyak sejarawan Sunni yang menilai Abdullah bin Saba’ sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam lahirnya Syiah, terdapat perbedaan pandangan antara sejarawan Sunni dan Syiah mengenai peranannya. Beberapa ulama Syiah berpendapat bahwa klaim mengenai peran besar Abdullah bin Saba’ dalam membentuk Syiah adalah sebuah tuduhan yang dibesar-besarkan dan tidak berdasar. Mereka berargumen bahwa ajaran Syiah sudah ada jauh sebelum nama Abdullah bin Saba’ muncul dalam sejarah Islam.
Namun, mayoritas sejarawan dan ulama Sunni berpendapat bahwa Abdullah bin Saba’ memang berperan besar dalam memulai dan menyebarkan doktrin-doktrin yang kemudian berkembang menjadi ajaran Syiah. Bahkan, dalam literatur-literatur sejarah, beberapa nama sahabat Nabi Muhammad SAW menuduh Abdullah bin Saba’ sebagai pengkhianat yang berusaha merusak persatuan umat Islam.
Abdullah bin Saba’ dan Gerakan Politik
Selain peranannya dalam penyebaran ide-ide keagamaan, Abdullah bin Saba’ juga terlibat dalam berbagai gerakan politik yang bertujuan untuk menggulingkan kekhalifahan yang sah setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Gerakan ini terutama tampak pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, di mana banyak orang yang kecewa dengan kebijakan dan pemerintahan Utsman. Abdullah bin Saba’ diduga terlibat dalam mengguncang stabilitas politik pada masa itu dengan membangkitkan rasa ketidakpuasan terhadap pemerintahannya.
Gerakan ini semakin berkembang setelah terbunuhnya Khalifah Utsman pada tahun 656 M, yang memicu peristiwa besar dalam sejarah Islam, yaitu Perang Jamal dan Perang Siffin. Meskipun peran Abdullah bin Saba’ dalam kedua perang ini masih diperdebatkan, banyak yang menganggap bahwa ideologi yang ia sebarkan memperburuk perpecahan di kalangan umat Islam.
Kesimpulan
Peran Abdullah bin Saba’ dalam sejarah Islam sangat kontroversial dan menjadi bahan perdebatan yang panjang. Walaupun ada pandangan yang berusaha mengurangi peranannya, tidak bisa dipungkiri bahwa ia memiliki kontribusi yang signifikan dalam membentuk ajaran-ajaran yang kemudian berkembang menjadi Syiah. Ajaran imamah dan klaim-klaim tentang kepemimpinan hanya boleh berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW, yang diajukan oleh Abdullah bin Saba’, menjadi dasar bagi ajaran Syiah yang terus berkembang hingga saat ini.
Namun, dalam pandangan mayoritas ulama Sunni, pemikiran dan ajaran yang dibawa oleh Abdullah bin Saba’ dianggap sebagai sebuah kesesatan yang memecah belah umat Islam, dan oleh karena itu tidak diterima sebagai bagian dari ajaran Islam yang sah. Sebagai kesimpulan, meskipun nama Abdullah bin Saba’ tetap menjadi kontroversial dalam sejarah Islam, perannya dalam mempengaruhi aliran Syiah tidak dapat diabaikan begitu saja. Perdebatan tentang ajaran dan pengaruhnya harus dilihat dengan kacamata sejarah yang lebih kritis.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: