Breaking News
Loading...

Perbedaan Syiah dan Sunni: Mengapa Syiah Bukan Bagian dari Islam?


Syiahindonesia.com
– Ketika membahas perbedaan antara Syiah dan Sunni, kita tak hanya berhadapan dengan perbedaan dalam praktik ibadah atau fiqh, tetapi juga dengan perbedaan mendasar dalam ajaran dan keyakinan yang sangat memengaruhi pemahaman terhadap Islam itu sendiri. Artikel ini akan menyajikan pandangan yang jelas mengenai mengapa ajaran Syiah, meskipun mengaku sebagai bagian dari umat Islam, sebenarnya telah menyimpang jauh dari ajaran asli Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Sebaliknya, ajaran Sunni adalah representasi yang lebih sesuai dengan Islam yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya.


Asal Usul Perbedaan: Syiah Bukan Bagian dari Islam

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, umat Islam dihadapkan pada pertanyaan besar mengenai siapa yang berhak memimpin mereka. Syiah berpendapat bahwa kepemimpinan umat Islam harus diteruskan oleh Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad ﷺ, dan hanya keturunan Ali yang berhak memimpin umat Islam. Mereka mengklaim bahwa Nabi Muhammad ﷺ telah menetapkan Ali sebagai penggantinya dalam peristiwa Ghadir Khum, sebuah peristiwa yang mereka yakini sebagai penunjukan eksplisit terhadap Ali sebagai Imam dan pemimpin spiritual umat Islam.

Di sisi lain, Sunni percaya bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya dipilih berdasarkan musyawarah umat, yang mengarah pada pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama setelah Nabi Muhammad ﷺ. Sunni memandang bahwa kepemimpinan umat Islam harus didasarkan pada kecakapan, ketakwaan, dan kesepakatan umat, bukan pada garis keturunan tertentu.

Perbedaan ini, meskipun terlihat sepele, sebenarnya adalah titik awal dari penyimpangan ajaran Syiah. Dalam Al-Qur'an dan Hadits yang sahih, tidak ada perintah yang jelas dari Nabi Muhammad ﷺ mengenai penunjukan Ali atau keturunannya sebagai pemimpin tunggal umat Islam. Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Islam harus diteruskan oleh satu garis keturunan. Ini menunjukkan bahwa klaim Syiah tentang Imamah, yang hanya membenarkan kepemimpinan dari keturunan Ali, bertentangan dengan ajaran asli Islam.


Keyakinan yang Menyimpang: Imamah vs Khilafah

Salah satu konsep utama yang membedakan Syiah dari Sunni adalah konsep Imamah. Syiah berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ﷺ, kepemimpinan umat Islam hanya boleh dipegang oleh Imam yang berasal dari keturunan Ali. Mereka meyakini bahwa Imam-imam ini memiliki pengetahuan ilahi dan tidak mungkin salah dalam setiap keputusan yang mereka buat. Syiah juga menganggap bahwa Imam adalah penerus Nabi Muhammad ﷺ dalam hal spiritualitas dan kepemimpinan agama.

Sebaliknya, Sunni memegang prinsip Khilafah, yang berarti kepemimpinan umat Islam harus dipilih melalui musyawarah umat. Mereka percaya bahwa kepemimpinan setelah Nabi Muhammad ﷺ tidak terkait dengan keturunan tertentu, tetapi didasarkan pada kesepakatan umat dan kemampuan individu dalam memimpin. Konsep ini lebih sesuai dengan ajaran Islam yang menghargai musyawarah, kebebasan, dan keadilan bagi umat Islam secara keseluruhan.

Dengan klaim Syiah yang menganggap hanya keturunan Ali yang berhak memimpin, mereka sebenarnya telah menciptakan sistem kepemimpinan yang tertutup dan mengabaikan prinsip-prinsip dasar Islam yang lebih mengedepankan keadilan dan kesetaraan di hadapan Allah.


Pandangan Terhadap Sahabat Nabi: Penghinaan terhadap Sahabat

Salah satu hal yang paling menyimpang dalam ajaran Syiah adalah pandangan mereka terhadap sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Syiah menganggap beberapa sahabat besar Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman, sebagai orang yang tidak layak diikuti dan bahkan sebagai pembelot yang merusak ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa sahabat-sahabat ini telah mengkhianati Ali dan keluarga Nabi.

Pandangan ini jelas bertentangan dengan ajaran Sunni, yang memandang semua sahabat Nabi sebagai orang-orang yang dijamin surga dan merupakan contoh terbaik dalam mengikuti ajaran Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah memuji para sahabat Nabi karena kesetiaan mereka dan peran besar mereka dalam menyebarkan Islam. Salah satu ayat yang sering dirujuk oleh Sunni adalah firman Allah:

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (para sahabat), mereka berdoa: 'Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami…'" (QS. Al-Hasyr: 10)

Dalam ayat ini, Allah memuji sahabat-sahabat Nabi sebagai orang yang telah berkorban besar dalam memperjuangkan agama Islam. Sebaliknya, pandangan Syiah yang menghina sahabat Nabi jelas bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an.


Syiah Menyimpang dalam Ibadah: Ritual yang Bertentangan dengan Sunnah

Selain perbedaan dalam aspek keyakinan, perbedaan juga terlihat dalam praktik ibadah. Syiah memiliki sejumlah ritual yang tidak ditemukan dalam ajaran Sunni, dan beberapa di antaranya dianggap sebagai bid'ah yang menyimpang dari sunnah Nabi Muhammad ﷺ. Salah satunya adalah peringatan Asyura yang dianggap sangat penting oleh Syiah. Dalam memperingati hari Asyura, mereka melakukan berbagai bentuk ritual, seperti mencambuk diri, menangis dengan cara yang berlebihan, dan bahkan menyiksa diri sebagai bentuk penghormatan kepada Imam Hussein.

Praktik semacam ini tidak hanya tidak ditemukan dalam ajaran Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga sangat bertentangan dengan prinsip dasar Islam, yang mengajarkan bahwa umat Islam harus menjaga keseimbangan dan menghindari segala bentuk ekstremisme dalam beribadah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya agama ini adalah mudah, dan tidak ada seorang pun yang membuat agama ini menjadi sulit kecuali dia akan kalah." (HR. Bukhari)

Dengan demikian, ajaran Syiah yang mengandung praktik-praktik ibadah yang berlebihan dan ekstrem jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam yang asli.


Kesimpulan: Syiah Bukan Bagian dari Islam

Meskipun Syiah mengklaim sebagai bagian dari umat Islam, ajaran-ajaran mereka yang menyimpang jauh dari sunnah Nabi Muhammad ﷺ dan sahabat-sahabatnya membuat mereka tidak dapat dianggap sebagai bagian dari Islam yang sejati. Konsep Imamah yang membatasi kepemimpinan hanya untuk keturunan Ali, penghinaan terhadap sahabat Nabi, serta praktik ibadah yang tidak diajarkan oleh Nabi, semuanya menunjukkan bahwa ajaran Syiah bukanlah Islam yang sebenarnya.

Islam yang asli, sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, adalah agama yang menekankan musyawarah, keadilan, dan penghormatan terhadap sahabat-sahabat Nabi. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa ajaran Syiah, dengan klaim-klaim dan praktik-praktik yang menyimpang, bukan bagian dari Islam yang sejati.

Wallahu a'lam bishawab.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: