Asal Usul Munculnya Syiah
Syiah, sebagai sebuah aliran dalam Islam, bermula pada masa setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Awalnya, para sahabat Nabi berbeda pendapat mengenai siapa yang seharusnya menjadi khalifah setelah beliau wafat. Sebagian besar umat Islam, termasuk para sahabat terdekat seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman, sepakat untuk menunjuk Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Namun, sekelompok orang, yang sebagian besar berasal dari kalangan keluarga Ali bin Abi Thalib, sepakat bahwa Ali adalah orang yang seharusnya menggantikan posisi Nabi ﷺ.
Keberatan ini menjadi cikal bakal lahirnya Syiah. Mereka yang mendukung Ali percaya bahwa Nabi Muhammad ﷺ telah menunjuk Ali sebagai penerusnya dalam berbagai kesempatan, salah satunya adalah dalam peristiwa Ghadir Khum. Namun, sejarah mencatat bahwa keputusan mengenai khalifah pertama akhirnya ditentukan oleh musyawarah dan konsensus, bukan berdasarkan wasiat Nabi ﷺ yang konkret.
Perselisihan Khilafah dan Pembentukan Identitas Syiah
Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, perselisihan mengenai siapa yang berhak memimpin umat Islam semakin memanas. Sebagian besar umat Islam mengakui Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Namun, sekelompok pengikut Ali merasa bahwa hak kepemimpinan harus diberikan kepada Ali berdasarkan keturunan darah Nabi ﷺ. Kelompok ini menyebut diri mereka sebagai "Syiah Ali" yang berarti "pengikut Ali."
Proses pembentukan identitas Syiah berlangsung seiring berjalannya waktu, dan kelompok ini mulai memiliki keyakinan dan ajaran yang berbeda dengan mayoritas umat Islam, atau yang dikenal dengan sebutan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Salah satu perbedaan utama yang mencolok adalah dalam masalah kepemimpinan. Syiah menganggap bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya turun-temurun melalui keluarga Ali (Imam Ali dan keturunannya), sedangkan Ahlus Sunnah menerima prinsip kepemimpinan yang lebih demokratis dan berdasarkan konsensus.
Perbedaan Ajaran Antara Syiah dan Ahlus Sunnah
Syiah memiliki banyak ajaran yang berbeda dari Ahlus Sunnah. Salah satu perbedaan besar adalah mengenai konsep Imamah. Bagi Syiah, setelah Nabi Muhammad ﷺ, kepemimpinan umat Islam harus diserahkan kepada Ali dan keturunannya, yang dikenal dengan istilah "Imam." Menurut Syiah, Imam adalah orang yang memiliki pengetahuan yang sempurna tentang agama dan memiliki hak untuk memimpin umat Islam. Mereka berkeyakinan bahwa Imam tidak hanya seorang pemimpin politik, tetapi juga memiliki otoritas dalam urusan agama dan dapat menafsirkan wahyu Allah.
Sebaliknya, Ahlus Sunnah percaya bahwa pemimpin umat Islam dapat dipilih melalui musyawarah atau ijma' (konsensus) umat Islam. Mereka tidak menganggap bahwa kepemimpinan harus turun-temurun dalam keluarga tertentu, melainkan dapat dipegang oleh siapa saja yang memenuhi kualifikasi kepemimpinan, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
Apakah Syiah Berasal dari Islam yang Sah?
Meskipun Syiah bermula dari perbedaan pandangan mengenai siapa yang berhak menjadi pemimpin setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, banyak ulama Ahlus Sunnah yang berpendapat bahwa Syiah bukan bagian dari Islam yang sah. Salah satu alasan utama adalah bahwa banyak ajaran Syiah yang menyimpang dari ajaran pokok dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Misalnya, dalam ajaran Syiah terdapat konsep Imamah yang menempatkan Imam sebagai pemimpin yang memiliki otoritas dalam urusan agama dan politik. Ajaran ini bertentangan dengan prinsip dasar dalam Islam bahwa pemimpin umat Islam tidak harus berasal dari keturunan Nabi ﷺ, dan bahwa hanya Allah dan Rasul-Nya yang memiliki otoritas dalam urusan wahyu.
Selain itu, Syiah juga memiliki banyak keyakinan yang berbeda dalam hal ibadah, seperti cara shalat, doa, dan perayaan-perayaan tertentu seperti Ashura. Meskipun banyak pengikut Syiah yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, banyak ajaran mereka yang tidak sesuai dengan ajaran utama Islam yang diyakini oleh mayoritas umat Muslim.
Kesimpulan
Syiah bermula dari perbedaan pandangan tentang siapa yang berhak menggantikan Nabi Muhammad ﷺ sebagai pemimpin umat Islam. Meskipun mereka berasal dari kalangan umat Islam, ajaran Syiah memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal kepemimpinan dan interpretasi agama. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan Syiah menjadi aliran yang terpisah dari Islam mayoritas yang dianut oleh Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
Wallahu a'lam bishawab.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: