Syiahindonesia.com - Dalam pandangan mayoritas umat Islam, Al-Qur'an adalah wahyu yang sempurna dan terjaga dari segala bentuk perubahan atau penyimpangan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Hijr ayat 9:
"إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ"
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr: 9)
Namun, dalam keyakinan Syiah, terdapat pandangan yang berbeda mengenai kesempurnaan dan keaslian Al-Qur'an. Beberapa kalangan Syiah percaya adanya tahrif (perubahan atau pengubahan) terhadap Al-Qur'an yang konon terjadi pada masa-masa setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Pandangan ini tentu saja bertentangan dengan konsensus umum umat Islam yang meyakini bahwa Al-Qur'an tetap terjaga keasliannya.
Tahrif dalam Ajaran Syiah: Apa yang Mereka Percayai?
Tahrif, dalam konteks ini, mengacu pada keyakinan bahwa teks Al-Qur'an yang ada sekarang ini telah mengalami perubahan atau penyuntingan sejak masa Nabi Muhammad. Beberapa ulama Syiah menyatakan bahwa ada bagian-bagian dari Al-Qur'an yang hilang atau berubah setelah kematian Nabi Muhammad. Mereka menganggap bahwa ada ayat-ayat yang seharusnya ada, namun telah dihapus atau disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu, terutama oleh para khalifah setelah Nabi.
Salah satu alasan utama yang dikemukakan oleh penganut Syiah mengenai tahrif adalah untuk mendukung konsep Imamah, di mana mereka percaya bahwa beberapa wahyu yang berkaitan dengan Imam tertentu, terutama Imam Ali bin Abi Talib, sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Mereka meyakini bahwa terdapat ayat-ayat yang menunjukkan posisi Imam Ali sebagai pemimpin setelah Nabi Muhammad, namun ayat-ayat tersebut tidak tercatat dalam Al-Qur'an yang kita miliki saat ini.
Referensi dalam Kitab-Kitab Syiah
Beberapa kitab Syiah mengandung klaim mengenai tahrif. Kitab al-Kafi, salah satu kitab hadits paling penting bagi penganut Syiah, memuat beberapa riwayat yang mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang tidak lengkap dan telah mengalami perubahan. Misalnya, salah satu riwayat dalam al-Kafi menyebutkan bahwa Imam Ali mengetahui bagian dari Al-Qur'an yang hilang dan bahwa hanya beberapa orang tertentu yang mengetahui isi lengkap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Selain itu, terdapat pula riwayat yang menyebutkan bahwa ada banyak ayat yang berkaitan dengan Imam Ali yang sengaja dihapus atau diubah oleh para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Tentu saja, hal ini menimbulkan kontroversi yang sangat besar, karena bertentangan dengan prinsip dasar dalam Islam yang menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang sempurna dan tidak akan ada perubahan pada teksnya hingga hari kiamat.
Penolakan oleh Ahlus Sunnah
Dalam ajaran Ahlus Sunnah, tidak ada tempat bagi keyakinan bahwa Al-Qur'an telah mengalami tahrif. Al-Qur'an yang ada sekarang ini, menurut mereka, adalah Al-Qur'an yang sama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada umat Islam tanpa ada perubahan sedikit pun. Mereka merujuk kepada ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang jelas menyatakan bahwa Allah SWT akan menjaga Al-Qur'an dari segala bentuk penyimpangan, seperti dalam surah Al-Hijr ayat 9 yang telah disebutkan sebelumnya.
Bahkan, dalam banyak hadits yang sahih, baik dari Ahlus Sunnah maupun Syiah, dikatakan bahwa Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah lengkap dan tidak ada perubahan yang dapat terjadi padanya. Salah satu hadits yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim menyebutkan:
"لَا يُحَرِّفُ كَلَامَ اللَّهِ إِلَّا أَهْلُ الْفَسَادِ"
"Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalam Allah." (Sahih Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa Al-Qur'an tidak akan pernah mengalami perubahan atau penyimpangan dari teks aslinya, baik dalam bentuk kata, makna, maupun urutan ayatnya. Oleh karena itu, klaim adanya tahrif dalam Al-Qur'an oleh penganut Syiah tidak dapat diterima oleh Ahlus Sunnah.
Tahrif dalam Perspektif Islam
Islam mengajarkan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Al-Qur'an adalah sumber utama hukum dan pedoman hidup bagi seluruh umat Islam, baik dalam aspek akidah, ibadah, maupun muamalah. Oleh karena itu, meyakini bahwa Al-Qur'an telah mengalami tahrif berarti meragukan keotentikan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Dalam perspektif Islam yang benar, tidak ada ruang untuk perubahan atau penyimpangan terhadap Al-Qur'an, karena Allah sendiri yang menjaganya dari segala bentuk kesalahan.
Kesimpulan: Menjaga Keaslian Al-Qur’an
Secara keseluruhan, keyakinan Syiah mengenai tahrif Al-Qur'an tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Semua bukti dan dalil dalam Al-Qur'an dan hadits sahih menunjukkan bahwa Al-Qur'an yang kita miliki sekarang adalah wahyu yang sempurna dan terjaga dari segala bentuk perubahan. Umat Islam harus menyadari bahwa setiap klaim tentang tahrif bertentangan dengan prinsip dasar ajaran Islam yang mengajarkan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk hidup yang tidak akan pernah berubah hingga hari kiamat.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: