Syiahindonesia.com - Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Cholil Nafis, Ph.D mengungkapkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) menjadi pasar utama bagi paham seperti Syiah.
Mengenai caranya, Syiah menggunakan strategi seolah-olah ajaran Syiah dan NU itu dekat, tak ada perbedaan.
”Padahal secara ushul (akidah/teologi) Syiah dan NU jelas berbeda,” ungkap Cholil dalam rilisnya sebagaimana dilansir ROL, Selasa (4/8).
Sehingga, Ketua MUI Bidang Dakwah ini menilai, beberapa pimpinan NU, baik di PBNU maupun di daerah banyak yang tertarik dengan ajaran Syiah dan beberapa kelompok diluar NU seperti HTI Liberal dan lain-lain.
”Saya lihat di Jawa Barat, di Jawa Tengah, di Jawa Timur sudah ada semua,” katanya.
Menurut dia, kalau ketertarikan pengurus NU kepada Syiah, HTI, dan Liberal ini terus terjadi, maka tak mustahil NU nanti akan habis. Apalagi Syiah, dan lainnya memang punya target untuk menghabisi ajaran NU.
”Mereka menargetkan, tahun 2050 NU akan habis,” katanya.
Bahkan, ia menuturkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran.
Qom menjadi sebuah kota suci bagi penganut Islam Syiah. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi'ah terbesar di dunia.
Menurut Cholil, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KH A Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27 Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia.
”Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia. Di PBNU ada, di Universitas al-Mustafa juga ada,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu ketika ditanya dapat darimana dokumen tersebut.
Ia mengaku pernah sekali berkunjung ke Universitas al-Mustafa al-‘Alamiyah. ”Saya kesana mewakili UI dalam urusan akademik,” katanya.
Menurut dia, kerjasama itu berlaku selama empat tahun. "Kalau tak ada pembatalan, kerjasama itu akan terus dan diperpanjang dengan sendirinya," katanya. (nisyi/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Mengenai caranya, Syiah menggunakan strategi seolah-olah ajaran Syiah dan NU itu dekat, tak ada perbedaan.
”Padahal secara ushul (akidah/teologi) Syiah dan NU jelas berbeda,” ungkap Cholil dalam rilisnya sebagaimana dilansir ROL, Selasa (4/8).
Sehingga, Ketua MUI Bidang Dakwah ini menilai, beberapa pimpinan NU, baik di PBNU maupun di daerah banyak yang tertarik dengan ajaran Syiah dan beberapa kelompok diluar NU seperti HTI Liberal dan lain-lain.
”Saya lihat di Jawa Barat, di Jawa Tengah, di Jawa Timur sudah ada semua,” katanya.
Menurut dia, kalau ketertarikan pengurus NU kepada Syiah, HTI, dan Liberal ini terus terjadi, maka tak mustahil NU nanti akan habis. Apalagi Syiah, dan lainnya memang punya target untuk menghabisi ajaran NU.
”Mereka menargetkan, tahun 2050 NU akan habis,” katanya.
Bahkan, ia menuturkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran.
Qom menjadi sebuah kota suci bagi penganut Islam Syiah. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi'ah terbesar di dunia.
Menurut Cholil, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KH A Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27 Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia.
”Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia. Di PBNU ada, di Universitas al-Mustafa juga ada,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu ketika ditanya dapat darimana dokumen tersebut.
Ia mengaku pernah sekali berkunjung ke Universitas al-Mustafa al-‘Alamiyah. ”Saya kesana mewakili UI dalam urusan akademik,” katanya.
Menurut dia, kerjasama itu berlaku selama empat tahun. "Kalau tak ada pembatalan, kerjasama itu akan terus dan diperpanjang dengan sendirinya," katanya. (nisyi/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: