Syiahindonesia.com - Apa yang saya sampaikan berikut ini adalah sebagian pertanyaan dan fakta sejarah yang membuat risau para ulama Syiah dan membuat mereka bungkam karena tidak bisa membantahnya. Oleh karena itu jangan biarkan hanya para pengikut mereka saja yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Saya menggali informasi dari sumber-sumber dan kitab-kitab mereka sendiri.
Salah satunya saya berhasil mewawancarai salah seorang Pemuka Agama Syiah yang merasakan kegalauan dan keresahan dalam hatinya.
Berikut tanya jawab yang berlangsung di antara kami:
Abu Gharib (AG): Imam, saya berharap Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan terbuka dan terus terang.
(Maksud saya menyebutnya Imam seperti yang terdapat dalam surah al-Qaṣaṣ ayat: 41 yang berbunyi: dan Kami jadikan mereka para imam yang mengajak masuk neraka)
Tokoh Syiah (TS): Silakan.
AG : Benarkah Rasulullah ingin mengusir orang-orang Syiah dari Madinah?
TS : Itu tidak benar, tidak masuk akal, meskipun al-Kulaini meriwayatkannya dalam al-Kāfi.
AG : Bagaimana Anda yakin itu tidak benar sama sekali?
TS : Karena Syiah belum muncul pada masa Beliau.
AG : Kalau begitu kapankah munculnya Syiah?
TS : (Tersenyum getir, kemudian dia mendekat kepada saya) Saya akan sampaikan fakta-fakta yang tidak akan Anda dengar dari orang lain jika Anda berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.
AG : Saya berjanji tidak akan menyembunyikan kebenaran.
TS : Setelah kaum muslim mengalahkan tentara kekaisaran Persia yang beragama Majusi, dan menghancurkan kekuatan mereka sebagai negara adidaya kala itu sementara orang-orang Arab bagi mereka tidak ada apa-apanya, mereka berusaha untuk melakukan pembalasan dan mengembalikan kejayaan mereka. Siasat menjadi Syiah dipandang sebagai pintu masuk yang paling tepat untuk menghancurkan Islam ketika memenangkan perang terbuka dengan kaum muslim diyakini sebagai sesuatu yang mustahil.
AG : Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Syiah adalah gerakan politik berkedok agama?
TS : Betul, dan ini dilaksanakan oleh tangan-tangan Yahudi yang lihai. Mereka memulainya dengan menyingkirkan orang yang telah meruntuhkan singgasana kekaisaran mereka.
AG : Apa maksud Anda bahwa peristiwa pembunuhan Umar merupakan tindakan balas dendam terhadap beliau karena telah menghancurkan kerajaan Kisra?
TS : Bukankah yang membunuh Umar adalah Abu Lu`lu`ah Fairuz, orang Persia yang menganut Majusi? Oleh karena itu orang-orang Syiah membuat tempat bersejarah yang di sana terdapat kuburan yang diklaim sebagai kuburan Abu Lu`lu`ah di kota Kāsyān, Iran. Mereka menamakannya Tempat Tetirah Baba Syujā` ad-Dīn (Bapak Pemberani Agama). Situs ini dikunjungi dan disumbang sejumlah harta dan benda berharga sebagai penghargaan atas apa yang telah dia persembahkan untuk mereka. Karena perayaan Neroz berhubungan dengan tahun baru Persia Khomeini menyunahkan untuk berpuasa sunnah pada hari itu.
AG : Apa urusan orang Yahudi dengan kejadian tersebut?
TS : Tokoh Yahudi Abdullah bin Saudā` yang menampakkan diri sebagai seorang muslim mengambil kesempatan ini untuk menohok kehormatan para sahabat Nabi dengan provokasi bahwa Ahlulbaitlah yang berhak atas kekhalifahan sepeninggal Rasulullah, bahwa Nabi ‘alaihissalam telah mewasiatkan kekhalifahan kepada Ali dalam peristiwa Ghadīr Khum. Terakhir Bin Saudā` ini mengatakan bahwa Ali adalah tuhan. Oleh karena itu Alipun mengusirnya.
AG : Mengapa rekayasa ini bisa bertahan lama padahal hubungan Ali dengan khalifah-khalifah Rasyidin lainnya sangat baik dan sangat kuat? Juga beliau ikut membaiat ketiga khalifah tersebut, memberikan bantuan yang sangat besar kepada mereka dalam menjalankan roda pemerintahan? Padahal beliau juga menikahkan putrinya Ummu Kulṡum dengan Umar? Padahal beliau juga memberi nama anak-anak mereka dengan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
TS : Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan para Imam Syiah, karena mereka tidak menemukan jawaban yang meyakinkan dan dapat diterima. Mereka mengatakan bahwa Ali tidak menuntut jabatan khalifah demi menjaga persatuan umat; Pernikahan Umar dengan putri beliau dikatakan terjadi secara paksa; dan baiat yang diberikannya kepada ketiga khalifah tersebut disebut-sebut sebagai taqiyah (melakukan sesuatu tidak sesuai dengan keyakinan hati demi menjaga keamanan dan kemaslahatan).
TS : Tetapi itu tentu bertentangan dengan keberadaan Ali sebagai sosok pemberani, serta keteguhan beliau menegakkan yang hak. Di lain sisi, jika hal itu semua benar adanya tentu para sahabat yang lain tidak akan mendiamkan kezaliman yang terjadi sedangkan Alqur`ān dan Sunnah Nabi masih sangat segar dalam kepala dan hati mereka.
TS : Oleh karena itu orang-orang harus dijauhkan dari kedua sumber tersebut. Maka dimunculkanlah pendapat bahwa Alqur`ān telah diubah-ubah, dan bahwa para sahabat murtad begitu Nabi wafat kecuali segelintir kecil saja untuk menjauhkan kaum muslim dari fakta dan kebenaran. Oleh karena itu sahabat-sahabat yang paling dekat dengan Nabi dan yang terbanyak meriwayatkan hadits-hadits beliau paling dibenci dan paling dimusuhi oleh Imam-Imam Syiah.
AG : Pola pikir orang-orang Syiah sungguh aneh, Anda semua mengatakan bahwa Khomeini berhasil melakukan revolusi dengan bantuan para pendukung dan orang-orang dekatnya, mereka semua teguh dalam perjuangan, penuh loyalitas dan ikhlas, tetapi Anda semua menuduh bahwa sahabat-sahabat Nabi Muhammad murtad dan mengobrak-abrik Alqur`ān sepeninggal beliau. Apakah Khomeini lebih baik daripada Nabi Muhammad ? Lebih mampu mendidik dan memberi pengaruh positif kepada pengikutnya? Lebih kuat hujjah dan penjelasannya?
TS : (Menganguk-angguk canggung)
AG : Kalau para sahabat tidak diakui oleh orang-orang Syiah, dari mana Anda semua menerima ajaran-ajaran agama?
TS : Dari dua belas Imam yang periodenya saling bersambung. Mereka diyakini maksum sehingga orang-orang pun sudi menerima segala sesuatu yang dikatakan bersumber dari mereka, tanpa ragu-ragu, tanpa bertanya tentang kesahihannya.
AG : Mengapa dua belas Imam?
TS : Sesuai dengan jumlah nenek moyang Bani Israel. Oleh karena itu al-Kulaini mengatakan bahwa imam yang terakhir ialah al-Mahdi, semoga Allah menyegerakan kemunculannya, dia akan menerapkan hukum Daud dan hukum Sulaiman, berdoa dengan bahasa Ibrani. Ide imamah yang turun temurun juga bersumber dari hukum Persia yang diberlakukan oleh Dinasti Ghasasinah.
AG : Tetapi bukankah kenyatakan bertolak belakang dengan keyakinan maksumnya para Imam tersebut? Misalnya perdamaian yang dilakukan oleh Hasan dengan Mu’awiyah raḍiallāhu ‘anhumā yang bertolak belakang dengan sikap Husain yang tidak mau berdamai dengan Yazid bin Mu’awiyah. Apakah sikap mengalah yang dilakukan oleh Hasan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa (Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga Allah mendamaikan dua kelompok kaum muslim melalui dirinya) adalah sikap yang benar, meskipun dia memiliki kekuasaan, kekuatan dan kemampuan untuk berperang?
Ataukah perlawanan Husain meskipun beliau tidak memiliki kekuatan yang cukup? Mengapa terdapat kontradiksi di antara sikap beliau berdua padahal, sebagaimana yang diyakini Syiah, keduanya adalah sosok-sosok yang maksum?
TS : Ini termasuk perkara yang membuat gamang para imam, oleh karena itu mereka melarang menyampaikan pertanyaan ini dan mengharamkannya.
AG : Mengapa Anda semua hanya mengikuti sikap Husain dan mengabaikan sikap Hasan raḍiallāhu ‘anhumā?
TS : Karena Husain menikah dengan Syahrabanu putri Kaisar Persia Yazdajrid, dia menjadi titik temu silsilah keluarga Sasaniah yang mulia dengan keluarga Hasyimiyah. Melalui anak keturunan mereka kekuasaan yang terampas akan kembali. Inilah sebabnya mengapa mulai dari imam ke-4, imam-imam Syiah semuanya berasal dari keturunan Husain.
AG : Tetapi Imam Mahdi kelak berasal dari keturunan Hasan!
TS : Tetapi kami berpendapat dia berasal dari keturunan Husain. Hanya saja sesuatu di luar skenario terjadi, Imam kesebebelas, Hasan al-‘Askari, tidak memiliki anak padahal Abu Abdillah telah berkata, “Jika bumi tidak lagi memiliki Imam pastilah dia tenggelam!” Ini kemudian memunculkan ide tentang Imam yang bersembunyi –semoga Allah menyegerakan kemunculannya –sampai-sampai diyakini hidup lebih dari seribu tahun. Pemikiran ini terus membelenggu orang-orang Syiah; hingga sekarang mereka tetap menunggu-nunggu kedatangannya meski pun jika dihitung semenjak kelahirannya hingga sekarang sudah berlalu lebih dari seribu tahun.
AG : Bagaimana Anda semua menyikapi kontradiksi dan perbedaan sikap yang nyata dari para Imam-Imam, sementara Anda semua meyakini bahwa mereka adalah sosok-sosok yang maksum.
TS : Ajaran taqiyah –yang persentasenya 90% dari ajaran agama ini –merupakan solusi cerdas sebagai jalan keluar dari masalah ini. Ajaran ini meniru Yahudi yang membolehkan berbohong kepada non Yahudi. Abu Abdullah berkata, “Taqiyah bagian dari agamaku dan agama para pendahuluku. Tidak ada iman bagi orang yang tidak bertaqiah. Ayatullah Khomeini memberikan pengertian taqiyah yaitu menjaga Islam dan mazhab Syiah, dan bahwa jika Syiah tidak memakai prinsip ini tentu pemikiran Syiah telah punah. Oleh karena itu jika terdapat pertentangan antara dua sikap atau pernyataan para Imam, mereka mengatakan salah satu adalah taqiyah.
AG : Bagaimana Anda semua dapat membedakan antara yang benar dengan yang hanya taqiyah jika terjadi hal seperti itu?
TS : Jika terdapat beberapa pendapat di kalangan para Imam dan saling bertentangan, maka yang dipegang oleh Syiah ialah pendapat yang berbeda dengan pendapat Ahlussunnah, sebagaimana yang telah dikatakan oleh para Imam. Diriwayatkan dari Aṣ-Ṣadūq, dari Ali bin Asbāṭ, dia berkata, “Saya berkata kepada ar-Riḍa ‘alaihis salām, ‘Terjadi sesuatu yang tidak saya ketahui hukumnya, tidak pula terdapat di negeri saya orang yang dapat saya mintai fatwanya dari kalangan pendukung Anda, apa yang harus saya lakukan?’ Dia berkata, ‘Datangkanlah Ahli Fiqh di negeri itu (dari kalangan Ahlussunnah) dan minta fatwalah kepadanya tentang masalah Anda.Jika memberikan fatwa maka lakukanlah yang berbeda dengan yang difatwakannya.Karena itulah yang benar.
AG : Mengapa tidak merujuk kepada Alqur`ān?
TS : Alqur`ān yang ada sekarang, sebagaimana yang pernah saya sampaikan kepada Anda, diyakini Syiah telah mengalami perubahan. Mereka membacanya karena terpaksa saja. Dari Abi Abdillah ‘alaihis salā, dia berkata, “Sesungguhnya kita memiliki mushaf Fatimah ‘alaihā as-salām. Tahukah Anda mushaf Fatimah itu? Di dalamnya terdapat ayat-ayat tiga kali lebih banyak daripada Alqur`ān Anda. Demi Allah tidak satu hurufpun yang sama dengan Alqur`ān kalian.
AG : Jadi mushaf Fatimah berbahasa Persia?
TS : Anda tentu hanya menduga-duga, tetapi saya rasa itu mungkin saja. Jika Anda tahu betapa bencinya orang-orang Persia kepada orang-orang Arab sekalipun yang telah menganut Syiah, Anda tidak akan merasa heran jika memang begitu adanya.
AG : Menurut Anda, kapan perseteruan antara Syiah dan Ahlussunnah ini berakhir?
TS : Tidak akan berakhir sampai agama kalian punah dan mereka memerangi kalian, sebagaimana yang dikatakan oleh Khomeini kepada salah seorang Imam ketika memasuki Teheran dari pengasingannya, “Telah datang masanya kita melaksanakan wasiat para Imam ṣalawātullāhi ‘alaihim, kita akan menumpahkan darah orang-orang Nawāṣib (Ahlussunnah), kita akan membunuhi anak-anak mereka dan membiarkan hidup para wanita mereka. Kita tidak akan membiarkan seorang pun lolos dari hukuman. Harta mereka akan menjadi milik pendukung Ahlulbait. Kita akan memusnahkan Mekkah dan Madinah dari muka bumi karena kedua kota ini telah menjadi sarang orang-orang Wahabi. Karbala harus menjadi tanah suci yang penuh berkah, menjadi kiblat umat manusia dalam shalat. Kita akan mewujudkan impian para Imam ‘alaihimus salām sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Majlisi dari al-Muntaẓar bahwa dia berkata, “Tidak ada yang tersisa antara kita dengan bangsa Arab selain pembantaian!” Inilah alasan mengapa Khomeini mendo’akan rahmat bagi
Naṣīruddin aṭ-Ṭūsi dan Ibnu al-‘Alqami yang telah bersekongkol dengan Holago Kan membantai kaum muslim ketika mereka merebut kota Baghdad.
AG : Ketika Anda berbicara tentang Imam Mahdi yang melaksanakan hukum keluarga Daud, memerangi bangsa Arab, mendirikan Negara Yahudi di Persia, dan menghancurkan Mekkah dan Madinah, saya jadi teringat dengan sosok Dajjal; ciri-ciri yang Anda sebutkan sangat cocok dengan Dajjal.
TS : Saya ucapkan selamat kepada Anda wahai Ahlussunnah, karena memiliki rujukan Alqur`ān dan Sunnah. Anda tidak mengalami kesulitan seperti yang kami hadapi, karena tidak seorang pun di antara kami yang dapat mempertanyakan seorang pun ulama kami, kami tidak diizinkan untuk menanyakan dalil. Seluruh dalil-dalil dan riwayat yang kami terima hanya berupa dari Abu Abdillah, berkata Abu Abdillah. Orang-orang Syiah sangat gelisah dengan banyak perpecahan dan pertentangan-pertentangan yang berlawanan dengan dasar-dasar keyakinan mereka. Mereka dalam masalah dasar-dasar keyakinan terpecah hingga 300 kelompok, sedangkan kalian tetap berada dalam satu dasar keyakinan, perbedaan-perbedaan yang terjadi hanya perbedaan yang biasa, tidak keluar dari masalah-masalah furu’.
AG : Apa pendapat Anda ketika masyarakat mengatakan Rafiḍhah adalah Yahudinya umat ini?
TS : Demi Allah mereka benar, mereka membenci Islam sebagaimana orang-orang Yahudi membenci agama Nasrani. Ali telah membakar dan mengusir mereka. Demikian juga yang terjadi dengan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa kekuasaan tidak boleh lepas dari tangan keturunan Daud, dan orang-orang Syiah mengatakan tidak boleh lepas dari keturunan Ali bin Abi Ṭālib. Orang-orang Yahudi mengatakan tidak ada jihad sampai kemunculan al-Masih, dan Syiah mengatakan bahwa tidak ada jihad sampai munculnya Imam Mahdi. Orang-orang Yahudi menghalalkan darah setiap muslim, demikian juga dengan Syiah. Orang-orang Yahudi melakukan perubahan terhadap Taurat, dan Syiah pun mencobanya, ketika mereka tidak berhasil melakukannya mereka menyelewengkan tafsirannya dan mengatakannya makna batin. Syiah mengatakan neraka haram menyentuh para penganut Syiah kecuali sedikit saja, sementara orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya beberapa hari saja.”
AG : Selagi Anda semua, sebagian besar Ulama Syiah, mengetahui kebenaran dan bahwa Syiah muncul semata-mata untuk menghancurkan agama Muhammad, mengapa Anda semua tidak kembali kepada Islam?
TS : (Mengangkat kepala dan memandang dengan kedua matanya yang bersimbah air mata) Ada dua hal, jika satu saja diberikan kepada seseorang dia akan menyembunyikan kebenaran dan mengatakan yang sebaliknya, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah, bagaimana halnya jika kedua-duanya diberikan sekaligus?
AG : Apakah itu?
TS : Al-Khumus dan Mut’ah, harta dan wanita merupakan fitnah terberat bagi manusia. Adapun tentang harta, maka ulama-ulama kami menjadi lapisan terkaya karena kepada mereka diberikan secara berlimpah.Sedang tentang nikah mut’ah maka siapa yang mengagumi seorang gadis atau wanita dia bisa nikah mut’ah dengannya.
Orang Syiah tidak lepas dari tiga karakter berikut:
1. Orang yang mengetahui kebenaran, tetapi dia dikuasai atau memperturutkan syahwatnya, ambisinya terhadap harta dan wanita tidak terbendung; atau
2. Orang yang mengetahui kebenaran tetapi dia mencemaskan keselamatan diri dan keluarganya sehingga dia menampilkan sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya. Betapa banyak orang-orang yang seperti ini. Atau;
3. Orang bodoh yang membenarkan segala sesuatu yang didengarnya.
AG : Bagaimana dengan Anda sendiri?
TS : Saya yakin bahwa paham Syiah disusupkan ke tengah umat Islam. Ahlussunnah lebih dekat dengan kebenaran.
AG : Jika demikian, ulurkanlah tangan Anda terimalah selamat dari saya, bertawakkallah kepada Allah, naikilah bahtera kesalamatan bahtera Muhammad dan para sahabatnya raḍiallāhu ‘anhum.
TS : Insya Allah saya akan mengumumkannya dalam waktu dekat ini, saya akan memilih waktu yang tepat.
Muhammad Gharib asy-Syuwai’ir – Majalah Qiblati
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Salah satunya saya berhasil mewawancarai salah seorang Pemuka Agama Syiah yang merasakan kegalauan dan keresahan dalam hatinya.
Berikut tanya jawab yang berlangsung di antara kami:
Abu Gharib (AG): Imam, saya berharap Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan terbuka dan terus terang.
(Maksud saya menyebutnya Imam seperti yang terdapat dalam surah al-Qaṣaṣ ayat: 41 yang berbunyi: dan Kami jadikan mereka para imam yang mengajak masuk neraka)
Tokoh Syiah (TS): Silakan.
AG : Benarkah Rasulullah ingin mengusir orang-orang Syiah dari Madinah?
TS : Itu tidak benar, tidak masuk akal, meskipun al-Kulaini meriwayatkannya dalam al-Kāfi.
AG : Bagaimana Anda yakin itu tidak benar sama sekali?
TS : Karena Syiah belum muncul pada masa Beliau.
AG : Kalau begitu kapankah munculnya Syiah?
TS : (Tersenyum getir, kemudian dia mendekat kepada saya) Saya akan sampaikan fakta-fakta yang tidak akan Anda dengar dari orang lain jika Anda berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.
AG : Saya berjanji tidak akan menyembunyikan kebenaran.
TS : Setelah kaum muslim mengalahkan tentara kekaisaran Persia yang beragama Majusi, dan menghancurkan kekuatan mereka sebagai negara adidaya kala itu sementara orang-orang Arab bagi mereka tidak ada apa-apanya, mereka berusaha untuk melakukan pembalasan dan mengembalikan kejayaan mereka. Siasat menjadi Syiah dipandang sebagai pintu masuk yang paling tepat untuk menghancurkan Islam ketika memenangkan perang terbuka dengan kaum muslim diyakini sebagai sesuatu yang mustahil.
AG : Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Syiah adalah gerakan politik berkedok agama?
TS : Betul, dan ini dilaksanakan oleh tangan-tangan Yahudi yang lihai. Mereka memulainya dengan menyingkirkan orang yang telah meruntuhkan singgasana kekaisaran mereka.
AG : Apa maksud Anda bahwa peristiwa pembunuhan Umar merupakan tindakan balas dendam terhadap beliau karena telah menghancurkan kerajaan Kisra?
TS : Bukankah yang membunuh Umar adalah Abu Lu`lu`ah Fairuz, orang Persia yang menganut Majusi? Oleh karena itu orang-orang Syiah membuat tempat bersejarah yang di sana terdapat kuburan yang diklaim sebagai kuburan Abu Lu`lu`ah di kota Kāsyān, Iran. Mereka menamakannya Tempat Tetirah Baba Syujā` ad-Dīn (Bapak Pemberani Agama). Situs ini dikunjungi dan disumbang sejumlah harta dan benda berharga sebagai penghargaan atas apa yang telah dia persembahkan untuk mereka. Karena perayaan Neroz berhubungan dengan tahun baru Persia Khomeini menyunahkan untuk berpuasa sunnah pada hari itu.
AG : Apa urusan orang Yahudi dengan kejadian tersebut?
TS : Tokoh Yahudi Abdullah bin Saudā` yang menampakkan diri sebagai seorang muslim mengambil kesempatan ini untuk menohok kehormatan para sahabat Nabi dengan provokasi bahwa Ahlulbaitlah yang berhak atas kekhalifahan sepeninggal Rasulullah, bahwa Nabi ‘alaihissalam telah mewasiatkan kekhalifahan kepada Ali dalam peristiwa Ghadīr Khum. Terakhir Bin Saudā` ini mengatakan bahwa Ali adalah tuhan. Oleh karena itu Alipun mengusirnya.
AG : Mengapa rekayasa ini bisa bertahan lama padahal hubungan Ali dengan khalifah-khalifah Rasyidin lainnya sangat baik dan sangat kuat? Juga beliau ikut membaiat ketiga khalifah tersebut, memberikan bantuan yang sangat besar kepada mereka dalam menjalankan roda pemerintahan? Padahal beliau juga menikahkan putrinya Ummu Kulṡum dengan Umar? Padahal beliau juga memberi nama anak-anak mereka dengan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
TS : Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan para Imam Syiah, karena mereka tidak menemukan jawaban yang meyakinkan dan dapat diterima. Mereka mengatakan bahwa Ali tidak menuntut jabatan khalifah demi menjaga persatuan umat; Pernikahan Umar dengan putri beliau dikatakan terjadi secara paksa; dan baiat yang diberikannya kepada ketiga khalifah tersebut disebut-sebut sebagai taqiyah (melakukan sesuatu tidak sesuai dengan keyakinan hati demi menjaga keamanan dan kemaslahatan).
TS : Tetapi itu tentu bertentangan dengan keberadaan Ali sebagai sosok pemberani, serta keteguhan beliau menegakkan yang hak. Di lain sisi, jika hal itu semua benar adanya tentu para sahabat yang lain tidak akan mendiamkan kezaliman yang terjadi sedangkan Alqur`ān dan Sunnah Nabi masih sangat segar dalam kepala dan hati mereka.
TS : Oleh karena itu orang-orang harus dijauhkan dari kedua sumber tersebut. Maka dimunculkanlah pendapat bahwa Alqur`ān telah diubah-ubah, dan bahwa para sahabat murtad begitu Nabi wafat kecuali segelintir kecil saja untuk menjauhkan kaum muslim dari fakta dan kebenaran. Oleh karena itu sahabat-sahabat yang paling dekat dengan Nabi dan yang terbanyak meriwayatkan hadits-hadits beliau paling dibenci dan paling dimusuhi oleh Imam-Imam Syiah.
AG : Pola pikir orang-orang Syiah sungguh aneh, Anda semua mengatakan bahwa Khomeini berhasil melakukan revolusi dengan bantuan para pendukung dan orang-orang dekatnya, mereka semua teguh dalam perjuangan, penuh loyalitas dan ikhlas, tetapi Anda semua menuduh bahwa sahabat-sahabat Nabi Muhammad murtad dan mengobrak-abrik Alqur`ān sepeninggal beliau. Apakah Khomeini lebih baik daripada Nabi Muhammad ? Lebih mampu mendidik dan memberi pengaruh positif kepada pengikutnya? Lebih kuat hujjah dan penjelasannya?
TS : (Menganguk-angguk canggung)
AG : Kalau para sahabat tidak diakui oleh orang-orang Syiah, dari mana Anda semua menerima ajaran-ajaran agama?
TS : Dari dua belas Imam yang periodenya saling bersambung. Mereka diyakini maksum sehingga orang-orang pun sudi menerima segala sesuatu yang dikatakan bersumber dari mereka, tanpa ragu-ragu, tanpa bertanya tentang kesahihannya.
AG : Mengapa dua belas Imam?
TS : Sesuai dengan jumlah nenek moyang Bani Israel. Oleh karena itu al-Kulaini mengatakan bahwa imam yang terakhir ialah al-Mahdi, semoga Allah menyegerakan kemunculannya, dia akan menerapkan hukum Daud dan hukum Sulaiman, berdoa dengan bahasa Ibrani. Ide imamah yang turun temurun juga bersumber dari hukum Persia yang diberlakukan oleh Dinasti Ghasasinah.
AG : Tetapi bukankah kenyatakan bertolak belakang dengan keyakinan maksumnya para Imam tersebut? Misalnya perdamaian yang dilakukan oleh Hasan dengan Mu’awiyah raḍiallāhu ‘anhumā yang bertolak belakang dengan sikap Husain yang tidak mau berdamai dengan Yazid bin Mu’awiyah. Apakah sikap mengalah yang dilakukan oleh Hasan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa (Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga Allah mendamaikan dua kelompok kaum muslim melalui dirinya) adalah sikap yang benar, meskipun dia memiliki kekuasaan, kekuatan dan kemampuan untuk berperang?
Ataukah perlawanan Husain meskipun beliau tidak memiliki kekuatan yang cukup? Mengapa terdapat kontradiksi di antara sikap beliau berdua padahal, sebagaimana yang diyakini Syiah, keduanya adalah sosok-sosok yang maksum?
TS : Ini termasuk perkara yang membuat gamang para imam, oleh karena itu mereka melarang menyampaikan pertanyaan ini dan mengharamkannya.
AG : Mengapa Anda semua hanya mengikuti sikap Husain dan mengabaikan sikap Hasan raḍiallāhu ‘anhumā?
TS : Karena Husain menikah dengan Syahrabanu putri Kaisar Persia Yazdajrid, dia menjadi titik temu silsilah keluarga Sasaniah yang mulia dengan keluarga Hasyimiyah. Melalui anak keturunan mereka kekuasaan yang terampas akan kembali. Inilah sebabnya mengapa mulai dari imam ke-4, imam-imam Syiah semuanya berasal dari keturunan Husain.
AG : Tetapi Imam Mahdi kelak berasal dari keturunan Hasan!
TS : Tetapi kami berpendapat dia berasal dari keturunan Husain. Hanya saja sesuatu di luar skenario terjadi, Imam kesebebelas, Hasan al-‘Askari, tidak memiliki anak padahal Abu Abdillah telah berkata, “Jika bumi tidak lagi memiliki Imam pastilah dia tenggelam!” Ini kemudian memunculkan ide tentang Imam yang bersembunyi –semoga Allah menyegerakan kemunculannya –sampai-sampai diyakini hidup lebih dari seribu tahun. Pemikiran ini terus membelenggu orang-orang Syiah; hingga sekarang mereka tetap menunggu-nunggu kedatangannya meski pun jika dihitung semenjak kelahirannya hingga sekarang sudah berlalu lebih dari seribu tahun.
AG : Bagaimana Anda semua menyikapi kontradiksi dan perbedaan sikap yang nyata dari para Imam-Imam, sementara Anda semua meyakini bahwa mereka adalah sosok-sosok yang maksum.
TS : Ajaran taqiyah –yang persentasenya 90% dari ajaran agama ini –merupakan solusi cerdas sebagai jalan keluar dari masalah ini. Ajaran ini meniru Yahudi yang membolehkan berbohong kepada non Yahudi. Abu Abdullah berkata, “Taqiyah bagian dari agamaku dan agama para pendahuluku. Tidak ada iman bagi orang yang tidak bertaqiah. Ayatullah Khomeini memberikan pengertian taqiyah yaitu menjaga Islam dan mazhab Syiah, dan bahwa jika Syiah tidak memakai prinsip ini tentu pemikiran Syiah telah punah. Oleh karena itu jika terdapat pertentangan antara dua sikap atau pernyataan para Imam, mereka mengatakan salah satu adalah taqiyah.
AG : Bagaimana Anda semua dapat membedakan antara yang benar dengan yang hanya taqiyah jika terjadi hal seperti itu?
TS : Jika terdapat beberapa pendapat di kalangan para Imam dan saling bertentangan, maka yang dipegang oleh Syiah ialah pendapat yang berbeda dengan pendapat Ahlussunnah, sebagaimana yang telah dikatakan oleh para Imam. Diriwayatkan dari Aṣ-Ṣadūq, dari Ali bin Asbāṭ, dia berkata, “Saya berkata kepada ar-Riḍa ‘alaihis salām, ‘Terjadi sesuatu yang tidak saya ketahui hukumnya, tidak pula terdapat di negeri saya orang yang dapat saya mintai fatwanya dari kalangan pendukung Anda, apa yang harus saya lakukan?’ Dia berkata, ‘Datangkanlah Ahli Fiqh di negeri itu (dari kalangan Ahlussunnah) dan minta fatwalah kepadanya tentang masalah Anda.Jika memberikan fatwa maka lakukanlah yang berbeda dengan yang difatwakannya.Karena itulah yang benar.
AG : Mengapa tidak merujuk kepada Alqur`ān?
TS : Alqur`ān yang ada sekarang, sebagaimana yang pernah saya sampaikan kepada Anda, diyakini Syiah telah mengalami perubahan. Mereka membacanya karena terpaksa saja. Dari Abi Abdillah ‘alaihis salā, dia berkata, “Sesungguhnya kita memiliki mushaf Fatimah ‘alaihā as-salām. Tahukah Anda mushaf Fatimah itu? Di dalamnya terdapat ayat-ayat tiga kali lebih banyak daripada Alqur`ān Anda. Demi Allah tidak satu hurufpun yang sama dengan Alqur`ān kalian.
AG : Jadi mushaf Fatimah berbahasa Persia?
TS : Anda tentu hanya menduga-duga, tetapi saya rasa itu mungkin saja. Jika Anda tahu betapa bencinya orang-orang Persia kepada orang-orang Arab sekalipun yang telah menganut Syiah, Anda tidak akan merasa heran jika memang begitu adanya.
AG : Menurut Anda, kapan perseteruan antara Syiah dan Ahlussunnah ini berakhir?
TS : Tidak akan berakhir sampai agama kalian punah dan mereka memerangi kalian, sebagaimana yang dikatakan oleh Khomeini kepada salah seorang Imam ketika memasuki Teheran dari pengasingannya, “Telah datang masanya kita melaksanakan wasiat para Imam ṣalawātullāhi ‘alaihim, kita akan menumpahkan darah orang-orang Nawāṣib (Ahlussunnah), kita akan membunuhi anak-anak mereka dan membiarkan hidup para wanita mereka. Kita tidak akan membiarkan seorang pun lolos dari hukuman. Harta mereka akan menjadi milik pendukung Ahlulbait. Kita akan memusnahkan Mekkah dan Madinah dari muka bumi karena kedua kota ini telah menjadi sarang orang-orang Wahabi. Karbala harus menjadi tanah suci yang penuh berkah, menjadi kiblat umat manusia dalam shalat. Kita akan mewujudkan impian para Imam ‘alaihimus salām sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Majlisi dari al-Muntaẓar bahwa dia berkata, “Tidak ada yang tersisa antara kita dengan bangsa Arab selain pembantaian!” Inilah alasan mengapa Khomeini mendo’akan rahmat bagi
Naṣīruddin aṭ-Ṭūsi dan Ibnu al-‘Alqami yang telah bersekongkol dengan Holago Kan membantai kaum muslim ketika mereka merebut kota Baghdad.
AG : Ketika Anda berbicara tentang Imam Mahdi yang melaksanakan hukum keluarga Daud, memerangi bangsa Arab, mendirikan Negara Yahudi di Persia, dan menghancurkan Mekkah dan Madinah, saya jadi teringat dengan sosok Dajjal; ciri-ciri yang Anda sebutkan sangat cocok dengan Dajjal.
TS : Saya ucapkan selamat kepada Anda wahai Ahlussunnah, karena memiliki rujukan Alqur`ān dan Sunnah. Anda tidak mengalami kesulitan seperti yang kami hadapi, karena tidak seorang pun di antara kami yang dapat mempertanyakan seorang pun ulama kami, kami tidak diizinkan untuk menanyakan dalil. Seluruh dalil-dalil dan riwayat yang kami terima hanya berupa dari Abu Abdillah, berkata Abu Abdillah. Orang-orang Syiah sangat gelisah dengan banyak perpecahan dan pertentangan-pertentangan yang berlawanan dengan dasar-dasar keyakinan mereka. Mereka dalam masalah dasar-dasar keyakinan terpecah hingga 300 kelompok, sedangkan kalian tetap berada dalam satu dasar keyakinan, perbedaan-perbedaan yang terjadi hanya perbedaan yang biasa, tidak keluar dari masalah-masalah furu’.
AG : Apa pendapat Anda ketika masyarakat mengatakan Rafiḍhah adalah Yahudinya umat ini?
TS : Demi Allah mereka benar, mereka membenci Islam sebagaimana orang-orang Yahudi membenci agama Nasrani. Ali telah membakar dan mengusir mereka. Demikian juga yang terjadi dengan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa kekuasaan tidak boleh lepas dari tangan keturunan Daud, dan orang-orang Syiah mengatakan tidak boleh lepas dari keturunan Ali bin Abi Ṭālib. Orang-orang Yahudi mengatakan tidak ada jihad sampai kemunculan al-Masih, dan Syiah mengatakan bahwa tidak ada jihad sampai munculnya Imam Mahdi. Orang-orang Yahudi menghalalkan darah setiap muslim, demikian juga dengan Syiah. Orang-orang Yahudi melakukan perubahan terhadap Taurat, dan Syiah pun mencobanya, ketika mereka tidak berhasil melakukannya mereka menyelewengkan tafsirannya dan mengatakannya makna batin. Syiah mengatakan neraka haram menyentuh para penganut Syiah kecuali sedikit saja, sementara orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya beberapa hari saja.”
AG : Selagi Anda semua, sebagian besar Ulama Syiah, mengetahui kebenaran dan bahwa Syiah muncul semata-mata untuk menghancurkan agama Muhammad, mengapa Anda semua tidak kembali kepada Islam?
TS : (Mengangkat kepala dan memandang dengan kedua matanya yang bersimbah air mata) Ada dua hal, jika satu saja diberikan kepada seseorang dia akan menyembunyikan kebenaran dan mengatakan yang sebaliknya, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah, bagaimana halnya jika kedua-duanya diberikan sekaligus?
AG : Apakah itu?
TS : Al-Khumus dan Mut’ah, harta dan wanita merupakan fitnah terberat bagi manusia. Adapun tentang harta, maka ulama-ulama kami menjadi lapisan terkaya karena kepada mereka diberikan secara berlimpah.Sedang tentang nikah mut’ah maka siapa yang mengagumi seorang gadis atau wanita dia bisa nikah mut’ah dengannya.
Orang Syiah tidak lepas dari tiga karakter berikut:
1. Orang yang mengetahui kebenaran, tetapi dia dikuasai atau memperturutkan syahwatnya, ambisinya terhadap harta dan wanita tidak terbendung; atau
2. Orang yang mengetahui kebenaran tetapi dia mencemaskan keselamatan diri dan keluarganya sehingga dia menampilkan sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya. Betapa banyak orang-orang yang seperti ini. Atau;
3. Orang bodoh yang membenarkan segala sesuatu yang didengarnya.
AG : Bagaimana dengan Anda sendiri?
TS : Saya yakin bahwa paham Syiah disusupkan ke tengah umat Islam. Ahlussunnah lebih dekat dengan kebenaran.
AG : Jika demikian, ulurkanlah tangan Anda terimalah selamat dari saya, bertawakkallah kepada Allah, naikilah bahtera kesalamatan bahtera Muhammad dan para sahabatnya raḍiallāhu ‘anhum.
TS : Insya Allah saya akan mengumumkannya dalam waktu dekat ini, saya akan memilih waktu yang tepat.
Muhammad Gharib asy-Syuwai’ir – Majalah Qiblati
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: