Foto by: arrahmah |
Dalam laporan yang dinamai “Childhood Under Siege”, kelompok bantuan internasioal juga mengecam dampak psikologis perang pada anak-anak di daerah yang terkepung, yang disebut penjara terbuka.
“Dalam setiap kelompok yang diwawancarai, anak-anak mengatakan mereka hidup dalam ketakutan serangan, dan orang tua mengatakan perilaku anak-anak mereka telah berubah -menjadi lebih menarik diri, agresif, atau tertekan,” kata laporan tersebut.
Petugas kesehatan juga dilaporkan beroperasi hanya dengan cahaya lilin. Mereka kehabisan obat dan bayi sakit menjadi sekarat di pos pemeriksaan karena keterlambatan dalam mencapai perawatan medis.
“Ketakutan telah menguasai. Anak-anak sekarang menunggu giliran mereka untuk dibunuh. Bahkan orang dewasa hidup hanya untuk menunggu giliran mereka untuk mati. Kapan giliran saya akan datang?” ujar Rihab, seorang ibu di Ghouta Timur, dalam laporan tersebut, sebagaimana dilansir Anadolu Agency (9/3/2016).
Dalam laporan tersebut, anak-anak terpaksa makan daun rebus dan pakan ternak untuk satu kali makan sehari-hari mereka.
“Anak-anak meninggal akibat kekurangan makanan dan obat-obatan di bagian Suriah hanya beberapa kilometer dari gudang yang dipenuhi dengan bantuan. Mereka ‘membayar’ kelambanan dunia,” kata Tanya Steele, CEO Save the Children. (fath/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: