OLeh : Zulkarnain El-Madury
Kemulyaan sahabat Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi Wasallam banyak dilukiskan Quran. Kedudukan mereka sangat
tinggi di mata Allah dan Rasul-Nya, sehingga tidak bisa di bandingkan dengan
generasi jauh sesudahnya yang hanya tau dengan tulisan. Terutama yang dikumandangkan
Syiah, dalam berbagai tulisan mereka yaang anti sahabat, dengan menyudutkan
sahabat Nabi pada posisi yang sangat buruk. Hingga melukiskan sahabat sahabat
nabi sebagai sosok munafiq, fasiq dan murtadin.
PEMBELAAN QURAN TENTANG PARA SAHABAT NABI
Al-Quran sebagai bacaan mulya umat Islam,
adalah ayat ayat yang teerpelihara samapai sekarang, ternyata meletakkan
sahabat sangat mulya di sisi-Nya, mereka pada maqam orang orang mulya yang
sesuai dengan bunyi ayat yang melukiskan mereka.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari
karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29]
وَالسَّابِقُونَ
الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
Bahwa sahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam
dalam ayat ayat tersebut sangat menonjol, mereka berada pada kedudukan yang
terhormat dan mulya, senantiasa dalam mardhotilah yang berlaku selamanya. Dan
Al-Quran sduah memastikan kedudukan para sahabat di dalam surga, seperti yang
dilukiskan dalam Quran. Tidak sebaigaman Syiah yang menempatkan sahabat pada
kedudukan yang hina dina, selain mereka dinista sehina menista orang kafir,
bahkan berani mengkafirkan sahabat Nabi sekafir kafirnya, di luar ambang batas
Iman. Sedangkan ayat ayat Allah menyuratkan sahabat sahbat Nabi berkedudukan
mulya, tak bisa dibandingkan dengan sekedar ketataan manusia akhir zaman,
apalagi tidak tahu diri.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ
مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu,
beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang
dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud
(infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya”
Hadits ini dikeluarkan oleh :
• Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al
Manaqib, Bab Qauluhu Lau Itakhadztu Khalilan, no. 3397 dan lafaz ini adalah
lafazh Al Bukhari.
• Imam Muslim dalam Shahih-nya, kitab Fadhail
Al Sahabat, Bab Tahrim Sabbi Ash Shahabat, no. 4610 dan 4611.
• Imam At Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Al
Manaqib ‘An An Nabi, Bab Fiman Sabba Ashabi An Nabi, no. 3796.
• Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya, kitab As
Sunnah, Bab An Nahyu ‘An Sabb Ashabi An Nabi, no. 4039.
• Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya, kitab
Muqaddimah, Bab Fadhlu Ahli Badr, no. 157.
• Imam Ahmad dalam Musnad-nya, no. 10657,
11092 dan 11180.
أوصيكم بتقوى الله والسمع
والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور
فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا
عليها بالنواجذ
“Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa
kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang
budak Habsyiy. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan
menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu
adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk
berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Raasyidiin yang
mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/126-127, Abu Daawud no. 4607, dan yang lainnya;
shahih
Hadits tersebut melukiskan keberadaan para
sahabat yang tiada tolok bandingnya setelah Rasulullah, shallallahu’alaihi
wasallam. Tidaklah wajar seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
mendendam pada sejarah yang menuang kebencian. Sahabat sahabat Nabi jasanya
terlalu besar, bila di bandingkan dengan
umat Islam yang lahir sesudahnya. Apalagi kalau menjadi kepanjangan
tangan dari para anti sahabat Nabi yang diorganiser Syiah, sama halnya
kedudukan mereka dengan menista dan menghujat Islam, karena mereka memang bukan
bagian dari Islam.
Sahabat Nabi telah berbuat, berkorban dan
mengeluarkan harta untuk kepentingan Nabi dan Islam, hinga tidak memperdulikan
apa yang terjadi dan menimpa dirinya. Darah dan harta mereka menjadi tarihan
hidupnya yang mengabdi untuk kepentingan Islam.
Sebagamana kisah sahabat Abdurrahman bin ‘Auf
, Terjadi antara Khalid bin Al Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf perseteruan, lalu
Khalid mencelanya. Dengan demikian jelaslah kedudukan Khalid, ia tidak sama
dengan kedudukan Abdurrahman bin ‘Auf; karena Abdurrahman termasuk
sahabat-sahabat yang masuk Islam pada awal dakwah Rasul. Adapun Khalid bin
Walid masuk Islam belakangan, yaitu setelah penaklukan kota Makkah. Firman
Allah Ta’ala:
لاَيَسْتَوِى مِنكُم مَّنْ
أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولاَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ
الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاًّ وَعَدَ اللهُ الْحُسْنَى
وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبير
Tidak sama diantara kamu orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih
tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan)
yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al Hadid :10].
Ayat ini menerangkan hamba hamba Allah yang
hidup di jaman Nabi, ternyata juga memiliki nilai berbeda dalam Al-Quran,
meskipun sama sama sahabat Nabi. Hal ini saja sudah memastikan derajat kemulyaan
sahabat Nabi yang lebih Awal dari Kholid, lalu bagamana dengan orang orang
Syiah yang nyata menolak sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam.
TAKFIR SYIAH PADA SAHABAT NABI
Dan mari kita lihat sumber ajaran Syi’ah dalam
kitab mereka yang mengkafirkan para shahabat :
عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ( عليه
السلام ) قَالَ كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ ( صلى الله عليه
وآله ) إِلَّا ثَلَاثَةً فَقُلْتُ وَ مَنِ الثَّلَاثَةُ فَقَالَ الْمِقْدَادُ بْنُ
الْأَسْوَدِ وَ أَبُو ذَرٍّ الْغِفَارِيُّ وَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ رَحْمَةُ
اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْهِمْ
Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata :
“Orang-orang (yaitu para shahabat - Abul-Jauzaa’) menjadi murtad sepeninggal
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi kecuali tiga orang”. Aku (perawi) berkata :
“Siapakah tiga orang tersebut ?”. Abu Ja’far menjawab : “Al-Miqdaad, Abu Dzarr
Al-Ghiffaariy, dan Salmaan Al-Faarisiy rahimahullah wa barakaatuhu ‘alaihim...” [Al-Kaafiy, 8/245; Al-Majlisiy berkata : “hasan atau muwatstsaq”].
عَنْ أَبِي عبد الله عليه السلام
قال: .......والله هلكوا إلا ثلاثة نفر: سلمان الفارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم
عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيفة، وأبو عمرة فصاروا سبعة
Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata
: “…….Demi Allah, mereka (para shahabat) telah binasa kecuali tiga orang :
Salmaan Al-Faarisiy, Abu Dzarr, dan Al-Miqdaad. Dan kemudian menyusul mereka
‘Ammaar, Abu Saasaan, Hudzaifah, dan Abu ‘Amarah sehingga jumlah mereka menjadi
tujuh orang” [Al-Ikhtishaash oleh Al-Mufiid, hal. 5;
عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ
أَحَدِهِمَا عليهما السلامقَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ
أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .
Dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua
imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir
kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek
daripada penduduk Makkah 70 kali” [Al-Kaafiy, 2/410;
Al-Majlisiy berkata : Muwatstsaq].
Mafhum dari hadits hadits syiah tersebut makin
mengisyaratkan kepastian Syiah itu adalah kelompok radikal cipataan Persia,
mengumbar kebencian pada sahabat adalah ciri utamanya, karena sahabat Nabi yang
dikatakan Syiah teersebut sebagai pelaku pembebasan Persia dari agama nenek
moyang yang sesat. Tidak akan mungkin sebesar itu kebencian mereka pada
sahabat, selain karena memang bentuk permusuhan sejarah yang berimplikasi pada
perkembangan Islam di Persia yang dimuat sedemikian tertutupnya agamanya kepada
para pendukung sahabat Nabi. Sentimen mendukung Husein , berkembang dan tumbuh
subur di Iran, adalah bukti adu domba syiah dengan mengendarai Husein yang
beristri orang Persia.
IMPLIKASINYA
Kalau para sahabat di takfir, digolongkan
sebagai kelompok kafir, dan hanya beberapa orang yang Islam menurut Syiah,
selain itu kafir dari islam, karena akibat prilaku sahabat di mata syiah yang
dipandang jelek, apalagi menjatuhkan vonis murtad atau kafir, berapa banyak
para perawi Quran dan hadits, yang mebawakan Al-Quran di jaman Usman, rawi rawi
hadits dari para sahabat Nabi harus gugur, dan tidak layak haditsnya diambil
sebagai rujukan.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: